20 Juni 2010

Kitab Kitab Kajian Sulthonul Auliya' Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili

Dalam mengajarkan tasawuf kepada murid-muridnya, Sulthonul Auliya’ Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili menggunakan beberapa referensi kitab kitab diantaranya adalah :

  1. Kitab Khatam al Auliya’ karangan al Hakim at Tirmidzi.
    Sebuah kitab yang menghebohkan disaat terbitnya dan banyak menimbulkan kesulitan disebabkan karena pendapat-pendapat yang terkandung didalamnya.
    Kitab ini cukup menarik dikalangan sufi karena didalamnya mengenalkan berbagai masalah, diantaranya masalah kewalian (wilayat) dan kenabian (nubuwwat) yang dalam beberapa masa kemudian mendapat pengembangan dalam karya karya Ibnu Arabi terutama dalam Futuhatul Makkiyah. Imam Syadzily dalam pengajiannya memberikan syarahan-syarahan terhadap kitab ini dengan jelas dan terperinci dan mendapat perhatian para ulama. Asy Syadzili menguraikan kitab khatamul auliya’ berupa ajaran, ajaran-ajaran itu sangat indahnya hingga Abul Abbas al Mursi sangat tekun memperhatikan. Setiap kali ajaran diberikan tak luput dari kehadirannya, karena ajaran-ajaran yang menguraikan perihal isi kitab itu menurut pandangan beliau amatlah penting artinya. Sampai-sampai kepentingan dakwah beliau tangguhkan karena untuk menghadiri penguraian oleh asy Syaikh berkenaan dengan isi kitab khatamul auliya’ tersebut.

  2. Kitab Al Mawaqif wal Mukhtabah karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Jabbar al Naffari.
    Kitab yang tidak mudah dipahami, karena didalamnya dipenuhi oleh hal-hal yang bersifat ruhiyah ; karena peliknya penguraian yang terkandung didalamnya, maka tak mungkin dipahami kecuali oleh ahli rasa (dzauqiyah), mereka itu adalah orang-orang khusus. Konon kitab ini adalah pemberiah Tuhan tatkala pengarangnya sedang berkhalwat. Dalam kitab ini pengarangnya menempatkan diri disuatu tempat (muaqif) sedang berdialog dengan Tuhan dan dari dialog itulah lahir ajaran sufi yang tinggi. Imam Asy Syadzili dalam hal ini ingin membuat penguraian untuk memudahkan pengertiannya dan beliau bersedia memberikan bimbingan bagi mereka yang condong dengan alam hikmat.
    Masih dalam hubungan dengan kitab Al Mawaqif wal Mukhtobat, berkatalah Syaikh Ibn Attaillah tentang Asy Syaikh Abul Hasan yang pada saat itu berada di Kairo di kediaman Az Zaki as Sarah dimana kitab Al Mawaqif sedang dibacakan, maka berkatalah Asy Syaikh “dimana Abul Abbas?” ketika Abbul Abbas datang, berkatalah Asy Syaikh, Wahai anakku bicaralah ! semoga Allah memberkahi padamu, bicaralah ! semenjak dari saat sekarang ini sekali-kali engkau takkan tinggal diam ! Abul Abbas menjawab. Semenjak saat itu lesan asy Syaikh ada padaku.
    Dalam terjemahan bahasa indonesia kitab ini berjudul “Melihat Allah”, Mustafa Mahmoud dengan Alih Bahasa Abu Bakar Basymeleh dan Ibrahim Mansur, Penerbit Bina Ilmu Surabaya, Cetakan kelima 2006. Atau dalam bahasa melayu kitab ini berjudul “Nikmatnya Melihat Allah” keluaran Pustaka Rumput Abadi.

  3. Kitab Qut al Qulub karya Abu Thalib al Makky
    Kitab ini ditulis menurut acuan syara dengan uraian-uraian dan pandangan-pandangan sufi hingga syariat dan hakikat sejalan dan bersatu. Kitab ini diuraikan dan disyarakan oleh Syaikh Syadzili pasal demi pasal hingga jelas. Kitab ini merupakan salah satu bacaan Imam Al Ghazali ketika meniti jalan sufi. Menurut Syaih Abul Hasan Asy Syadzili, Kitab Qut al Qulub ini ibarat makanan, beliau selalu membaca dan mengajarkannya.
    Dalam terjemahan bahasa Indonesia kitab ini terdiri dari 2 jilid berjudul “Quantum Qolbu, Nutrusi untuk Hati”, Penerbit Pustaka Hidayah, Cetakan 1 April 2008

  4. Kitab Ihya Ulumuddin karya imam al Ghazali
    Kitab ini merupakan pengembangan dari apa yang telah ditulis oleh Abu Thalib al Makky dalam Qut al Qulub. Dengan berbagai luasan dan pengalaman yang dialami sendiri, al Ghazali lebih tepat memadukan antara syariat dan tasawuf dan dalam karyanya itu ia berhasil memadukannya. Asy Syadzili menyatakan bahwa kitab Ihya Ulumuddin mewariskan kepada kita dengan gemerlapan ilmu, sedang Qut al Qulub mewariskan kepada kita cahaya yang terang benderang.
    Kitab ini ditulis oleh imam Al Ghazali ketika berkhalwat, beribadah dan dekat dengan Allah SWT. Buku ini adalah buah kedekatannya dengan Allah. Ia adalah sebaik-baik harta simpanan manusia. Imam al Nawawi pernah berkomentar “Ihya” nyaris laksana Alqr’an, sebab rujukannya adalah Alqur’an. Imam al Nawawi sendiri adalah pakar sunnah dan fiqih sehingga komentarnya itu tentu mempunyai nilai tersendiri. Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili selalu membacakan dan mengajarkan buku itu kepada murid-muridnya.
    Kitab ini sudah banyak diterjemahkan dalam bahasa indonesia, dan tidaklah terlalu sulit untuk mencarinya di toko toko buku.

  5. Kitab al Syifa yang di tulis oleh al Qadhi Iyadh.
    Kitab ini di pergunakan oleh Syaikh Abul Hasan Asy Syazdili untuk mengambil berkah dan juga menjadi sumber syarahan-syarahan dengan melihat tasawuf dari sudut pandang ahli Fiqh. Kitab ini termasuk yang diberkahi dan mendapat penghargaan khusus di tengah tengah masyarakat. Syaikh Abul Hasan Asy Syazdili menganjurkan untuk ditekuni dalam menelaah.

  6. Kitab Ar Risalah karya Imam Qusyairi an Naisabury
    Kitab ini dipergunakan oleh Asy Syadzili sebagai permulaan dalam pengajian tasawufnya. Kitab ini dianggap sebagai KUHP-nya tasawuf. Kitab ini ditulis bukan hanya untuk tujuan pengetahuan, tetapi juga untuk menjadi neraca ajaran sufi dan standart amal perbuatan mereka. Didalamnya kitab ini berisi riwayat hidup beberapa syaikh Sufi, juga pembahasan tentang pengertian-pengertian, maqomat, ahwal, adab, akhlak, muammalah dan akidah yang terpatri dalam hati mereka, serta tentang nasihat mereka dan cara mereka menapaki tarekat ini dari awal hingga puncak. Semua ini dimaksudkan agar menjadi kekuatan dan petunjuk bagi salik. Semoga pengakuan kalian pada karya ini menjadi saksi atas diriku. Dan semoga keluhan yang kalian sampaikan menjadi penghibur dukaku. Semoga Allah memberikan karunia dan balasan. Aku senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dalam setiap penjelasan yang aku sampaikan. Aku berlindung kepada-Nya dari segala kesalahan. Aku meminta ampunan dan maaf-Nya. Dialah Zat yang layak atas segala keutamaan dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.
    Dalam terjemahan bahasa Indonesia kitab ini berjudul “Risalah Qusyairiyah, Induk ilmu Tasawuf” dengan alih bahasa Syaikh Muhammad Luqman Hakim, MA, Penerbit Risalah Gusti Surabaya, Cetakan ke-6 Juni 2006

  7. Kitab Al Muharar al-Wajiz karangan Ibnu Athiah
    Kitab ini merupakan salah satu sisi dari pengajian dalam rangka memperlengkapi pengetahuan dan diuraikan dan disyarahkan oleh asy Syadzili. Kitab ini merupakan kitab yang diapresiasi oleh ulama salaf maupun mutakhir. Judul kitab ini telah menunjukkan betapa uraian dalam isi kitab yang dengan jelas kalimat kalimatnya adalah kalimat pilihan dan ibarat ibarat yang dikandung amat halus. Sesuai dengan namanya, tafsir ini memang wajiz (ringkas) walaupun tidak seringkas Jalalain maupun al Baidhawi.

Demikianlah kitab-kitab yang dipergunakan oleh asy Syadzili dalam pengajian-pengajiannya yang menunjukkan bahwa ajaran-ajaran asy Syadzili dalam tasawuf benar-benar berada dalam jalur sunni.

Selengkapnya.....

06 Mei 2010

Doa Tawasul Sulthonul Auliya' Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili

Dengan Nama Allah Yang maha Pengasih dan Penyayang.

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Dengan pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmatNya dan yang menjamin tambahan-tambahanNya. Wahai Tuhan kami, hanya bagiMu Puji, sebagaimana pujian itu patut terhadap kemulian DzatMu dan Keagungan KerajaanMu

Ya Allah limpahkanlah Rahmat kepada junjungan kami, Muhammad Sholallahu alaihi wassalam, yang dengan rahmat itu akan menyelamatkan kami dari semua keadaan yang merisaukan dan marabahaya, mengabulkan kami atas semua hajat, mensucikan kami dari semua keburukan / kesalahan, mengangkat kami kepada setinggi-tingginya derajat disisiMu, menyampaikan kami kepada sesempurna-sempurnanya perkara dari semua kebaikan pada waktu hidup dan setelah mati.

Ya Allah karuniakanlah Ridlo atas syaikh Abil Hasan Asy Syadzili beserta para leluhurnya, keturunannya, gurunya, muridnya, isterinya, saudaranya, dari para seluruh wali-wali muqorrobin, dan para ulama yang mengamalkan ilmunya, serta seluruh umat Muhammad Sholallahu alaihi wassalam, setara dengan jumlah bilangan makhlukMu, Keridloan DzatMu, timbangan ArsyMu, dan tinta klimat-kalimatMu.

Ya Allah angkatlah derajat dan tinggikanlah kedudukan mereka (yaitu syaikh Abil Hasan sy Syadzili beserta para leluhur, keturunan dan seterusnya) dan kumpulkanlah kami kedalam golongannya, masukkanlah kami kedalam penjagaannya, matikanlah kami pada thoriqohnya, bersama orang-orang yang Engkau karuniai nikmat yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan para sholihin.

Ya Allah dengan wasilah / perantaraan derajat Syaikh Abli Hasan Asy Syadzili disisiMu, kemuliaan beliau atasMu dan dengan sifat kepemimpinan beliau di sisiMu, kami mohon kepadaMu seluruh kebaikan dan kami berlindung kepadaMu dari semua keburukan.

Wahai dzat yang memiliki segala urusan, kami mohon kepadaMu Ya Allah...Ya Allah.. yang kesemuanya dengan wasilah/perantara an syaikh Abil Hasan Asy Syadzili, mudah mudahan Engkau mengabulkan seluruh hajat kami, mengangkat derajat kami, menyembuhkan semua orang yang sakit (diantara) kami, melapangkan semua kesusahan (kesempitan) kami, menghilangkan semua kesedihan kami, mengendalikan semua musuh kami, menggentarkan (menjadikan takut) lawan-lawan kami, dan menyemarakkan negeri kami dengan iman, islam dan nikmat serta karuniakanlah kepada kami rezeqi kebaikan pada akhir hayat kami.

Semoga Allah melimpahkan Rahmat kepada junjungan kami, nabi Muhammad sholallahu alaihi wassalam sebagai nabinya umat dan yang menghilangkan kesusahan, beserta segenap keluarga dan sahabat-sahabat beliau dan semoga Allah memberi keselamatan dengan keselamatan yang abadi. Segala puji bagi Alla Tuhan seru sekalian alam. Amiin amiiin Ya robbal ‘aalamiin..

Sumber : MANAQIB SANG QUTHUB AGUNG, Sejarah kehidupan sulthonul auliya' is syayyidi syaikh Abil Hasan asy Syadzily (593 - 656 H / 1197 - 1258 H), H. Purnawan Buchori, Penerbit Pondok PETA Tulungagung, Cetakan Kedua Maret 2007

Selengkapnya.....

05 Mei 2010

Macam-macam Karomah

Karomah Hissiyyah

Adalah karomah yang bisa disaksikan oleh orang-orang awam, semisal : mengtahui isi hati seseorang, memberitahukan sesuatu yang sudah terjadi atau akan terjadi, berjalan di atas air, memperpendek jarak perjalanan, menghilang dari pandangan mata, dikabulkannya doa dalam waktu dekat .... dsb. Karomah Hissiyyah ini muncul dari anggota tubuh seseorang, yang meliputi :

  1. Mata
    Barang siapa menggunakan matanya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larangan-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah antara lain : bisa melihat orang yang akan datang dari tempat yang sangat jauh, bisa melihat sesuatu dari balik hijab/tembok. Bisa melihat benda yang berada di tempat yang gelap, bisa melihat ka’bah ketika sedang sholat, bisa melihat alam malakut atau alam ruhani, yaitu alam para malaikat dan jin, serta bisa melihat Nabi Khidir dan para wali abdal.
    Sebagian para Auliya’ ada yang bisa mengenali orang-orang berbuat maksiat dengan melihat tanda hitam pada anggota tubuhnya. Semisal orang yang habis mencuri pada tangannya terlihat ada noda hitam. Orang yang habis berjalan menuju tempat maksiat pada kakinya terlihat ada noda hitam.
    Sebagian dari auliya’ ada yang di kasyf, sehingga bisa melihat keadaan surga dan neraka serta para penghuninya.

  2. Telinga
    Barang siapa menggunakan telinganya untuk beribadah kepada Allah SWT, serta menjauhi larangan-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macm karomah, antara lain ; Bisa mendengarkan pembicaraan binatang dan benda-benda mati.
    Sebagian dari Auliya’ ada yang diberi karomah, bisa mengetahui kegunaan tumbuh-tumbuhan dan binatang karena masing-masing dari tumbuhan dan binatang tersebut mengatakan kepadanya “kegunaanku untuk demikian.. demikian.. demikian..”.
    Dan sebagian dari mereka diberi anugerah bisa mengetahui khasiat dari bebatuan, semisal : Batu akik, zamrut dan sebagainya.
    Sebagian dari Auliya’ ada yang bisa mendengarkan suara malaikat yang mengcapkan salam dan berkata-kata kepada dirinya. Suara tanpa rupa ini biasa disebut dengan istilah Haatif.

  3. Lisan
    Barang siapa menggunakan lisannya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larangan-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : bisa berbicara dalam segala alam bisa berbicara dengan orang mati dan bisa mengkhabarkan kejadian-kejadian yang sudah lewat dan yang akan datang.
    Sebagian auliya’ ada yang diberi karomah bisa berbicara dengan orang yang telah meninggal dunia seperti : Abu Said al-Khorroz, syaikh abdul Qodir al Jailany, Syaikh Taqiyyuddin as Subki, dsb.
    Sebagian auliya’ ada yang diberi karomah bisa berbicara dengan tumbuh-tumbuhan, seperti yang terjadi pada Ibrahim bin Adhom, suatu ketika berbicara kepada pohon delima yang berjanji kepadanya akan mengeluarkan buah yang manis dan lebih besar dari ukuran biasanya.

  4. Tangan
    Barang siapa menggunakan tangannya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larang-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : Bisa mengeluarkan sinar dari telapak tangannya, bisa memancarkan air dari jari-jarinya, membutakan musuh dengan melemparkan debu ke arahnya, serta bisa mengambil sesuatu yang diinginkan dari alam ghaib.

  5. Perut
    Barang siapa menggunakan perutnya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larangan-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : Allah akan memberi tanda-tanda tertentu jika perutnya dimasuki makanan atau minuman haram, menjadikan banyak pada makanan yang sedikit sehingga bisa mngenyangkan orang banyak, bisa merubah satu macam makanan menjadi bebrapa macam, dikirimi makanan atau minuman oleh sebangsa jin atau malaikat, bisa merubah air asin menjadi tawar dsb.
    Sebagian auliya’ ada yang mendapat kiriman makanan, susu dan madu dari alam ghaib, manakala mereka merasakan sangat lapar atau dahaga, sementara itu di tempat tersebut tidak di jumpai makanan dan minuman yang halal.
    Sebagian auliya’ ada yang di beri karomah bisa merubah makanan atau minuman yang dihidangkan kepadanya. Sebagaimana yang terjadi pada syaikh Isa al Hattar al yamani yang mendapat kiriman dua guci yang berisi arak. Beliau menbuka dan menuangkan isi guci tersebut seraya mengucapkan basmalah lalu mempersilahkan kepoada para hadirin untuk menikmatinya, ternyata arak tersebut telah berubah menjadi samin yang lezat.
    Sebagian auliya’ ada yang tidak mempan diracun. Mereka menenggak racun sebagaimana menenggak air putih dan sama sekali tidak membahayakan dirinya.

  6. Alat Kelamin
    Barang siapa menggunakan alat kelaminnya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larang-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : bisa menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta, di beri kekuatan meninggalkan perkara-perkara yang melalaikan dari beribadah kepada Allah..dsb.
    Sebagian auliya’ ada yang diberi karomah bisa menghidupkan binatang yang telah mati seperti kisah :
    1. Abu Ubaid al Bisri yang kuda tunggangannya terbunuh ketika bertempur di medan perang, lalu ia berdoa kepada Allah agar berkenan menghidupkan kembali kuda tersebut. Beberapa saat kemudian kuda itu hidup kembali.
    2. Syaikh Ad Damamini menyeru kepada seekor burung yang telah mati dan digoreng diatas wajan penggorengan ; “Wahai burung terbanglah”, maka seketika itu juga burung itu hidup kembali dan terbang ke angkasa.
    3. Syaikh al Ahdal memanggil manggil seekor kucing peliharaannya yang telah mati, lalu kucing tersebut hidup kembali dan datang memenuhi panggilannya.
    4. Syaikh Abdul Qodir al Jailany yang menyeru kepada ayam panggang yang telah dimakannya dan tinggal tulang belulangnya :”Wahai ayam, bangunlah atas seizin Allah yang maha menghidupkan tulang-tulang yang usang !”, maka seketika itu juga sang ayam itu berdiri dan berkokok.
    5. Syaikh Abu Yusuf ad Dahmaani, suatu ketika melayat orang yang meninggal dunia. Beliau menghampiri di dekat jenazahnya, lantas menyeru : “Wahai fulan berdirilah atas seizin Allah !” maka seketika itu juga jenazah tersebut hidup kembali dan diberi umur yang panjang.
    6. Imam as Subki meriwayatkan dari Syaikh Fathuddin Yahya, ia melihat ayahnya, yaitu syaikh Zainuddin mendoakan anak kecil yang mati karena terjatuh dari atas loteng. Seketika itu juga anak kecil itu terbangun dari kematian dan hidup kembali.

  7. Kaki
    Barang siapa menggunakan kakinya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larang-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : bisa berjalan diatas air, melipat jarak perjalanan, berjalan di udara... dsb.

  8. Hati
    Barang siapa menggunakan Hatinya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larang-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : bisa mengetahui sesuatu yang akan terjadi, mengetahui rahasia-rahasia kemakrifatan .. dsb.
    Sebagian auliya’ ada yang di kasyf (dibukakan mata hati) sehingga bisa menguasai berbagai macam ilmu an Nadhoriyyah dan ilmu Syar’iyyah.
    Sebagian auliya’ ada yang diberi anugerah bisa memahami ayat-ayat al Qur’an yang di dengarnya, meskipun tidak pernah mempelajari Tafsir dari ayat-ayat tersebut.

Karomah Ma’nawiyyah

Adalah karomah–karomah yang tidak dimengerti oleh orang-orang awam, namun hanya di mengerti oleh orang-orang alim saja. Diantara karomah ma’nawiyyah itu ialah : Istiqomah menjalankan adab-adab syareat, memiliki akhlaq yang terpuji, bergegas dalam menjalankan kebaikan hatinya disucikan dari sifat-sifat yang tidak terpuji semisal : iri, dengki, berburuk sangka..dsb, merasa selalu diawasi oleh Allah ..dsb. ini semua adalah contoh-contoh dari karomah yang sebangsa ma’nawi.
Berkata imam al Qusyairi : “Sesunguhnya karomah yang paling agung ialah terus menerus memperoleh pertolongan untuk mengerjakan ketaatan-ketaatan serta dijaga dari kemaksiatan-kemaksiatan dan larangan-larangan”.
Sebagian auliya’ ada yang diberi karomah bisa memanjangkan waktu yang semestinya tidak cukup melakukan amal yang banyak, semisal :
  1. Syaikh Umar asy Syafi’i rohimahullahu ta’ala, mampu mengarang berpuluh-puluh kitab, menghatamkan al Qur’an dalam setiap harinya sebanyak satu kali khataman dan pada saat bulan ramadhan sebayak dua kali khataman, mengajar, memberikan fatwa, berdzikir dan kegiatan-kegiatan lainnya. Padahal beliau menderita 30 macam penyakit yang tak kunjung sembuh sampai akhir hayatnya. Dan jika dihitung-hitung menurut akal, antara umurnya dan kitab-kitab yang dikarangnya serta amal ibadahnya, tidaklah cukup untuk melakukan itu semua.
  2. Imam Haromain al Juwaini, betapa banyak kitab yang dikarangnya, sementara itu dalam kesehariannya, beliau disibukkan mengajar beribadah, menyampaikan fatwa-fatwa untuk masyarakat dan kegiatan-kegiatan lainnya.
  3. Syaikh Muhyidin an Nawawi, betapa banyak kitab yang dikarangnya dan seandaimya seluruh umurnya digunakan untuk menyalin tulisan-tulisannya, niscaya tidak akan mencukupi. Padahal selain mengarang kitab, beliau juga disibukkan mengajar, membaca al Qur’an, mengerjakan sholat-sholat sunnah, disibukkan dengan majelis fatwa dan kegiatan-kegiatan yang lain.


Sumber : Mengenal Wali Wali Allah, M. Ridlwan Qoyyum Said,
Penerbit Mitra Gayatri, tanpa tahun


Selengkapnya.....

27 November 2009

Pengakuan Syaikh Abdul Halim Mahmud tentang Kekeramatan

Ketika saya memulai penyusunan kitab ini [Asy Syadzily], tiba-tiba saya menghadapi suatu kemusykilan yakni mengenai “Kekeramatan” [karomah], dimana soal kekeramatan ini amat banyak kita jumpai terutama dalam kitab-kitab lama yang berisi tentang syaikh Abul hasan, maka tidak mungkin kekeramatan ini kita abaikan tanpa, membuka peluang untuk kita bicarakan.

Akan kunukil keseluruhannya, lalu aku meninggalkan tanggung jawab dengan menimpakan pada orang-orang yang telah menyebutnya?

Dengan menempuh jalan sebagaimana yang tersebut diatas, apakah kiranya patut disebut kalau aku melakukan sesuatu yang baik bagi syaikh Abul hasan atau pula kebalikannya?

Orang-orang yang terpelajar dimasa kini kurang senang kalau disebutkan soal kekeramatan dengan begitu saja tanpa diperhitungkan, apalagi secara berlebihan dalam penuturan. Lain halnya dengan orang yang mengikuti para wali dimanapun juga ia berada, ia akan berupaya agar hal kekeramatan itu selalu disebut demi untuk menambah semaraknya sang wali dan menggusarkan bagi mereka yang kurang menyukai.

Mengenai mereka yang mengingkari kekeramatan, mereka mengingkari juga mukjizat-mukjizat walaupun dapat dicapai oleh panca indera sebagai mana yang tersebut dalam sunnah yang benar yang beritanya telah disaring oleh para ahli riwayat hadist berkenaan dengan Rasulullah SAW. Mereka berkenaan dengan mu’jizat sudah merasa cukup dengan adanya Alqur’an dan enggan mengakui selainnya walaupun yang dibawakan oleh pemuka-pemuka hadist sebagaimana imam bukhari dan imam muslim dan dari beberapa kitab hadist yang banyak ragamnya.

Jiwa orang sekarang kurang dapat menerima kekeramatan, mereka akan mengolok-olok secara terang-terangan kepada siapa yang membawa riwayat dengan imbuhan tentang kekeramatan seorang wali.

Akan kuikuti pulakah jejak mereka yang ingkar ? badai kemusykilan ini kuhadapai dengan tegas, akupun tidak maju mundur sejak memulai dari mukadimah dan kusebutkan dengan jelas akan halnya kekeramatan pada diri Syaikh Abul hasan sesuai dengan riwayat syaikh abul abbas ra. Tidak sedikitpun keraguan dalam hatiku mengenai kebenarannya. Aku pun menukil beberapa riwayat kekeramatan yang sesuai dengan isi kitabku.

Mengapa begitu lancar usaha penukilan dalam kitab ini ? mengapa ? Hal-hal berikut inilah yang menjadi jawaban atas pertanyaan diatas :
1. Bahwa alqur’an sendiri membicarkan dengan susun kata tanpa kesamaran tentang mukjizat dimana Allah bermurah memberikan mukjizat-mukjizat itu kepada Rasul dan para NabiNya. Dan didalam alqur’an pula dibicarakan masalah kekeramatan bahwa itu adalah Anugerah Allah SWT kepada para auliya’ dan ashfiya’Nya (para pilihanNya). Bukanlah alqur’an telah membicarkan dengan jelas hingga tidak memerlukan takwil, bahwasannya Isa as, membentuk burung dari tanah kemudian ia tiup maka menjadilah seekor burung yang hidup dengan izin Allah ? dan Al masih menyembuhkan orang buta dan sopak, juga menghidupkan orang yang mati dengan izin Allah. Didalam alqur’an didapati pula tentang Nabi Musa as, yang melemparkan tongkatnya tiba-tiba menelan apa yang mereka (ahli sihir fir’aun) pamerkan. Dan ia yang mengeluarkan tangannya lalu tampak putih bagi yang melihat, dan bunda Maryam yang hamil tanpa sentuhan lelaki, bukannya kesemuanya ini malanggar tabiat dan adat ? betapa pula keheranan zakaria yang melihat makanan yang tersedia dalam bilik maryam, hingga beliau menanyakan “Wahai Maryam ! dari mana kau dapatkan kesemuannya ini ?” Maryam menjawab dengan tenang “ Dari sisi Allah SWT.
2. Nama peraturan tabiat sebenarnya yang tepat adalah adat kebiasaan alam. Pelanggaran terhadap adat bukanlah barang mustahil bagi pertimbangan akal. Adat kebiasaan alam tidak dapat menguasai Tuhannya alam semesta.
3. Tangan-tangan yang dilalui oleh mukjizat atau kekeramatan tiadalah mereka mengaitkan dengan dirinya, tetapi menasabkan kepada yang Maha Pemurah yang Maha pemberi, yang memiliki kekuasaan yang mampu menaklukan dan memaksakan. Mereka itu menasabkan kepada Dia yang berkuasa sepenuhnya atas segala sesuatu.
4. Kalau kita mengarahkan selidik kita pada mereka yang ingkar terhadap kekeramatan, mereka itu tiada bedanya dengan warna kekejaman dan kekerasan hati, kalau anda tengok agak kedalam, anda akan mendapati mereka bukanlah orang yang memiliki perasaan yang halus, tidak pula padanya bashirah apalagi kemalaikatan ruh, mereka itu kalau bukan dari golongan mulhid (atheis) adalah dari jenis yang imannya belum meresap kedalam lubuk ghatinya dan masih merupakan sesuatu yang terapung dan belum mendasar.
5. Jumhur para muslimin sepanjang masa baik para awam atau para khusus ataupun yang sudah tinggi ilmu agamanya tidak satupun yang mengingkari, dan kesemuanya mengimani kekeramatan.

Sebab sebab yang sudah saya sebutkan diatas membantu saya untuk menelusuri dan menukil dari kekeramatan Asy Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili. Ada pula sebab lain yang bersifat khusus, tanpa mendabik dada aku katakan bahwa aku dapat menghadapi kemusykilan itu dengan mudah. Terus terang tanpa sedikitpun rasa sombong bahwa diriku ini bukanlah pribadi yang dipermainkan oleh waham dan khayal dan tidaklah pada hari-hari yang kutinggalkan menjadi mangsa kebatilan dan khurafat. Kepunyaan Allah-lah segala kurnia dan pemberiaan. Telah menjauh antaraku dengan pengaruh yang membekas (iehaa’-mempesonakan) yang membawa kepada waham dan khayal.

Kalau aku menambahkan berbagai sebab khusus, kesemuanya itu adalah agar keyakinan itu penuh dengan kepercayaan. Semoga Allah memberi hidayah kepada siap yang dalam hatinya kesediaan untuk menerima kebaikan dan pada ruhnya terdapat sendi-sendi untuk menampung kebenaran.

Disaat mengakhiri kitab ini tiba pula cobaan yang tak putus-putusnya, cara yang kutempuh tak lain adalah melindungkan diri kepada Allah disertai mohon kelapangan, tiba-tiba pada suatu hari telah datang kepadaku seorang yang saleh, yang mana beliau itu amat memaklumi hal-hal dari permulaan kitab ini. Beliau memberikan kepadaku gulungan kertas yang berisi “Shighah” (cara-cara bershalawat kepada Rasulullah saw). Pak saleh ini berkata bacalah dengan tekun dan selamilah kedalaman arti yang terkandung, bacalah seorang diri dimalam hari, semoga dengan demikian sirnalah apa yang selama ini membebani dirimu dan terbukalah apa yang selama ini mengaburkan.

Akupun beriktikaf mengasingkan diri dalam bilik sehabis sholat isya’, aku nyalakan lampu kamarku setelah itu kertas dari pak shaleh itu mulai kusentuh dan kubuka, berulang-ulang ku baca shighah shalawat yang tertera di atas kertas itu, ku selami dengan tekun kedalaman arti yang terkandung. Tiba-tiba dengan cara mendadak huruf-huruf tulisan dalam shighah itu menyala-nyala berkilau dengan cemerlang sekalipun lampu didalam kamarku terang menyala, tetapi huruf-huruf dengan cahayanya mampu mengalahkan terangnya lampu. Mungkin saja mataku silap maka kugosok mataku berulang kali, tetapi huruf itu tetap meyala dengan penuh gemerlapan yang amat mempesonakan.

Sadarlah aku sekarang betapa Allah membuka pintu RahmatNya, aku bersyukur, puja-puji kuhadapkan kepadaNya. Nur yang keperoleh ini merupakan rumus yang mampu menyirnakan beban derita dan menghilangkan duka cita, itulah “kekeramatan shighah yang diberkahi.

Satu pelanggaran adat yang terjadi di hadapan mataku adalah apa yang pada suatu pagi, dimana aku sedang duduk diruang perpustakaan dalam rumahku. Sudah teradat pada diriku, sebelum aku memulai membaca, kurenungkan pikiranku dengan menundukkan kepala sambil memejamkan mata dan setelah itu kepala baru ku angkat dan kubuka mataku, di pagi hari itu demikian pula yang kulakukan, tetapi setelah kuangkat kepalaku dan kubuka mataku, nampak dihadapanku sesosok tubuh seorang lelaki kekar, kulitnya berwarna sawo matang, kepalanya dibalut dengan kain putih yang oleh penduduk hijaz diberi nama al-fitrah. Besar tubuhnya lebih patut dikatakan kurus dan berdirinya agak membungkuk.

Sekujur badannya kulihat dengan nyata sampai-sampai corak pakainnya kulihat penuh ketelitian, suatu keanehan pula bahwa perasaanku tidak gentar sedikitpun menghadapi orang itu. Tidak sepatah katapun keluar dari lesannya dan akupun demikian juga, kami hanya saling pandang memandang, lama kelamaan mulai tampak kabur sedikit demi sedikit, pandanganpun mulai menipis hingga akhirnya lenyap sama sekali.

Demikianlah kesaksian penuh pesona tanpa gerak sedikitpun yang kualami di pagi hari yang cerah itu.”pelanggaran adat” yang bagaimana pula yang akan kualami setelah kesemuanya ini ?

Orang yang mengingkari pelanggaran adat dan mengingkari kekeramatan para wali Allah, mereka itu mengingkari jerih payah manusia sebagai penyelidik semenjak wujudnya manusia. Mereka mengingkari penetapan alqur’anul karim, mengingkari jumhur umat, dan setelah pengalaman pribadiku yang hanya beberapa detik itu, makin kokohlah pendirianku bahwa kekeramatan Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili dan hal ini sudah kumulai sejak mukadimah secara langsung dan penetapanku pula yang sudah disaksikan oleh Quthub besar Abus Abbas Al Mursi, beliau sudah menyaksikan dengan kesaksian yang meyakinkan.


Dari Kitab “Asy Syadzili” karya Syaikh Abdul Halim Mahmud,
Dalam Terjemahan Bahasa Indonesia berjudul : “Abul Hasan Asy Syadzili ; Kehidupan Do’a dan Hizibnya”
diterjemahkan Oleh Abu Bakar Basymeleh dan Ibrahim Mansur,
Penerbit Mutiara Ilmu Surabaya, Cetakan Pertama Desember 1992


Selengkapnya.....

26 November 2009

Syaikh Abdul Halim Mahmud


Abdul Halim Mahmud dilahirkan di desa al-salam daerah bilbis dimesir pada tahun 1910 dalam lingkungan keluarga yang kuat dan spiritual yang tinggi. Ia mulai belajar didesa itu dan melanjutkan pada sekolah menengah lanjutan pada perguruan al Azhar. Setelah tamat pada menengah lanjutan, atas anjuran orang tuannya yang alumnus al Azhar, ia melanjutkan pada universitas al Azhar kairo. Setelah menamatkan di universitas al Azhar, ia meneruskan perkuliahan di univrsitas sorbon Perancis, dan kemudian memperoleh gelar doktor dengan bimbingan prof. Dr. Louis Mossingon dengan disertasi yang membahas tentang tasawuf al Harist al Muhasibi pada tahun 1942.

Sebagaimana kebanyakan sarjana mesir yang tamat di luar negeri, setelah pulang ia tidak lagi memakai jubah dan surban sebagaimana biasanya ulama al Azhar, namun ia memakai pantolan lengkap dengan dasi dan rambut tersisir rapi, tetapi keadaan itu tidak berlangsung lama, sampai ia pada suatu malam bermimpi bertemu ayahnya yang sudah meninggal dan dalam mimpi itu ia diminta ayahnya untuk meninggalkan pantolannya dan menggantinya dengan lazimnya pakaian ulama al Azhar. Sejak itu ia mulai memakai jubah dan sorban dan sejak itu pula keruhaniannya mulai berubah, mulai menukik kedalam lautan hakikat.

Setelah ia pulang dari perancis ia diangkat oleh pemerintah menjadi dosen di universitas al Azhar dan selang beberapa tahun ia diangkat menjadi dekan fakultas ushuluddin, beberapa tahun kemudian ia diangkat sebagai guru besar dan menjadi anggota rektor magnifikus universitas al Azhar, suatu kedudukan yang tinggi setingkat perdana menteri.

Selama menjadi dosen itulah ia banyak bepergian ke berbagai negara di timur tengah untuk penelitian di bidang tasawuf dan memberikan kuliah di beberapa universitas.

Ia amat dihormati dan disegani baik kalangan rakyat, pejabat, intelektual maupun ulama mesir bahkan juga dunia islam. Setelah syaikhul akbar Mahmud Syaltout meninggal dunia, maka mesir tidak lagi diwarnai fatwa-fatwa modern dalam bidang fiqih, tetapi dengan itu mulai bangkit suatu spiritualitas baru dengan tampilnya syaikhul akbar Abdul Halim Mahmud. Masyarakat mesir mendapat curahan baru air sejuk kerohanian yang terpancar dari pribadi luhur dan ceramah-ceramahnya yang sejuk, baik melalui pertemuan-pertemuan umum maupun dalam seminar atau peringatan hari-hari besar islam.

Kehidupan sebagai seorang sufi di masa modern tergambar dalam kehidupannya sehari-hari. Penulis menyaksikan sendiri betapa hidupnya yang amat sederhana, demikian juga rumahnya yang kecil dengan perabotan yang seadanya, hanya dipenuhi oleh kitab-kitab diberbagai sudut rumah, walaupun jabaan begitu demikian tinggi. Wajahnya selalu cerah, dengan percakapan yang selalu terbatas tapi mulutnya selalu zikir dengan tasbihnya selalu berputar. Kalau bepergian ia selalu lebih banyak menggunakan bus umum daripada mobil dinasnya. Kalau ia memberikan kuliah biasanya di auditorium muhammad abduh, dan sebelum ia datang, mahasiswa sudah siap dan kalau dia sudah masuk ruangan tidak satupun yang berani masuk. Ia amat berwibawa, dihormati dan disegani.

Kedudukan Abdul Halim Mahmud bukan hanya mendapat tempat di hati rakyat, pejabat atau ulama, bahkan juga mendapat tempat di hati presiden anwar saddat. Apabila Mahmud Syaltout menjadi penasihat spiritual presiden Gamal Abdul Naser maka Abdul Halim Mahmud menjadi penasehat spiritual presiden Anwar Saddat. Konon setelah bertahun-tahun dipersiapkan oleh mesir untuk mengadakan penyerangan menghancurkan benteng bar lev yang menjadi kebanggaan dan lambang supremasi militer israel itu, tiba-tiba Abdul Halim Mahmud bermimpi bertemu rasulullah dan rasulullah memberi isyarat untuk segera mengadakan penyerangan terhadap israel. Hasil mimpi itu segera disampaikan kepada presiden anwar saddat. Setelah diadakan pertimbangan militer anwar saddat segera memerintahkan penyerangan yang terkenal dengan perang ramadhan. Benteng Bar Lev yang dibanggakan israel hancur berantakan dan israel mengalami kekalahan besar.

Abdul Halim Mahmud memiliki karya-karya yang cukup banyak diantaranya adalah
1. Al tafkir al falsafi fi al islam
2. Al tasawuf inda ibnu sina
3. Al ri’ayat lihuquqillah li al mahasibi
4. Abu madyan al ghaust
5. Al syibli
6. Ahmad al badawi
7. Al Syadzaly
8. Qadhiyyat al tasawuf al munqidzu min la dhalal li al ghazali
9. Al islam wa al aql
10. Al rasul
11. Asrar al ibadat fi al islam
12. Dan lain-lain

Kalau kita kaji karya karya Abdul Halim Mahmud dalam bidang pemikiran islam maka tampak sekali bahwa ia amat menghargai para sufi islam dari manapun asalnya dan dari aliran manapun mereka. Dalam mengikuti pengajian halaqoh beliau, penulis belum pernah mendengar beliau menyalahkan sufi yang berbeda pendapat dengan beliau.

Baginya jalan tasawuf adalah jalan yang selamat, akomodatif dan konstruktif bagi kehidupan dan kemajuan. Tasawuf membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam berbagai tulisannaya ia menunjukkan betapa para sufi telah bekerja membantu para fakir miskin, membangun masyarakat, meluruskan jalan pemerintahan dan berjuang membela negara. Ia membela kaum sufi dari berbagai tuduhan dengan jawaban-jawaban yang memuaskan , dan tuduhan terhadap kaum sufi itu dianggapnya sebagai mengada-ada. Ia tunjukkan beberapa sufi yang memiliki gelar sebagai orang pekerja sebagai pemintal benang, tukang jahit, pedagang dan sebagainya, sebagaimana halnya beberapa sufi yang gugur dimedan perang untuk membela negara. Oleh karena itu melalui jalan tasawuf kaum muslimin akan bangkit dan selalu aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Disamping teori-teori yang di kemukakannya dalam karya-karyanya itu juga tampak dalam kehidupannya sendiri , meskipun hidup dalam kehidupan tasawuf, namun ia berjuang dengan gigih berjuang baik melalui pribadi maupun jabatan negara yang disandangnya untuk kepentingan masyarakat, negara dan agama. Dengan begitu tasawuf bukan membuat masyarakat menjadi mundur, namun ia merupakan ajaran yang positif dan etos dinamisasi masyarakat. baginya tasawuf adalah kebersihan rohani dan usaha-usaha yang konstruktif dalam rangka menuju kepada Ilahi dan berolah penyaksian (Musyahadah) daripadaNya.

Berbicara tentang Musyahadah maka kita berbicara tentang pengetahuan puncak sufi yang didapat tidak lagi melalui logika atau indera, namun ia didapat melalui mata hati yang disebut dengan bashirah, sedang pengetahuan para sufi adalah pengetahuan ilham dari Allah.

Menurut Abdul Halim Mahmud, mata hati (bashirah) itu hanya bisa berfungsi kalau telah mencapai kebersihan rohani dan kebeningan jiwa hingga terang seterangmya mencapai Cahaya Ilahi. Maka tingkat pengetahuan sufi adalah tingkat kedua setelah Nubuwwah Nabi. Untuk mencapainya harus melalui maqomat dan ahwal dimana maqomat merupakan jalan bertingkat yang terus menerus diusahakan, sedang ahwal adalah keadaan pemantapan rohani yang menyejukkan dan menyegarkan yang diberikan dalam Rahmat Rabbani.

Pedoman perjalanan sufi tidak lain adalah Rasulullah sendiri. Untuk itu diperlukan syarat-syarat. Syarat pertama harus harapan penuh kepada Allah, kedua harapan akan berjumpa dengan hari akhir, dan ketiga selalu dzikir kepada Allah. Dengan persyaratan itu seseorang telah mulai memasuki pintu menuju Tuhan dan mulailah tumbuh tekad untuk tegar menuju Tuhan dan memperbanyak tobat bila terjadi alpa atau lupa. Apabila tobat telah benar akan menumbuhkan wara’ yaitu meninggalkan segala bentuk syubhat dan hal itu akan mengantarkan kepada kedudukan zuhud, suatu kehidupan sederhana dalam segala hal, dan kedudukan ini menyampaikan lagi kepada kedudukan berikutnya yaitu tawakkal. Tawakkal adalah memberikan dan mempasrahkan segala hasil usaha karena kecintaan kepada-Nya. Dengan itu kecintaan mulai tumbuh dan semakin kuat dan pendorong segala usaha dan tingkah laku itu sesuai dengan kehendak yang dicintai. Apapun yang dikehendaki yang dicinta akan dilaksanakan dengan patuh dan penuh Ridha. Ridha merupakan maqam akhir menuju Tuhan.

Demikian perkembangan kesufian seseorang, menurut Abdul Halim Mahmud, dimulai dengan rasio dilanjutkan dengan perkembangan ruhani yang meningkat hingga bashirah menyampaikan kepada Musyahadah.

Adalah amat mengesankan apa yang menjadi jalan tasawuf Abdul Halim Mahmud tersebut dan hal itu juga di tunjukkan dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang sufi dan sarjana yang disegani. Kepribadian sufi yang luhur, disamping memiliki jalan tasawuf itu ia juga mampu menampilkan keunggulan spiritual islam ditengah kancah materialisme abad XX, hingga menimbulkan optimisme dan harapan-harapan baru.

Abdul Halim Mahmud dikenal dikalangan ulama dengan syaikhul akbar, dikalangan masyarakat dikenal dengan al imam, dan dikalangan sufi digelari dengan abul ‘Arifin. Bapak para sufi ini wafat pada tahun 1978 dengan diantar oleh ulama, pejabat, dan kaum muslimin yang melimpah ruah ditempat pemakamannya yang khusus untuk para ulama. Lahu al Fatihah .........


Sumber : Ajaran dan Teladan Para Sufi, Drs. H.M. Laily Mansur, LPH,
Penerbit Srigunting edisi 1 cetakan ke 3, januari 2002


Selengkapnya.....

15 Juli 2009

Munajat Si Pendosa

Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami mudah terjerumus dalam kesalahan. Itu karena kami percaya pada diri kami, pada amal kami, dan pada hati kami. Seharusnya kami sadar bahwa kami wajib bersandar. Ya, bersandar kepada Engkau, Ya Allah

Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami selalu mengulang kemaksiatan. Itu kerana kami selalu berbangga dengan setiap ketaatan yang kami lakukan. Seharusnya kami sadar bahwa bukan kami sendiri yang membuat diri kami taat, melainkan Engkau (yang mengkehendaki), Ya Allah!

Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami selalu melayang karena pujian, selalu terinjak oleh hinaan. Itu karena kami sebentar-sebentar melupakan-Mu. Seharusnya, kami sadar bahwa Engkau-lah Tujuan utama kami, bukan makhluk yang mudah menghina dan memuji.

Ya Allah, lesatkanlah ruh-Mu untuk menggusur nafsu di hati kami!
Ya Allah, tuntun kami ke samudera ketulusan yang tanpa batas, ke angkasa kerinduan tanpa akhir; demi-Mu, untuk-Mu!

Ya Allah, daku bersyukur kepada~Mu, atas masih hidupnya kalbuku.

Sumber : “Sadar untuk Bersandar, Gemala Hikmah Ibn 'Atha'illah“ karya Muhammad al-Ghazali, Penerbit Serambi, 2003

Selengkapnya.....

22 Juni 2009

Maksiat Laris Manis

Pernahkah anda berbohong…., atau apakah anda pernah dibohongi.... ?, mungkin hampir sebagian besar jawabnya adalah iya, karena dusta atau bohong adalah jenis “Maksiat Laris Manis”, jenis maksiat yang paling banyak dan sering dilakukan oleh orang-orang. Padahal berbohong atau berdusta adalah salah satu akhlaq yang tercela, bahkan orang yang berdusta atau berbohong sudah termasuk ciri-ciri munafiq sebagaimana Hadist nabi yang berbunyi :

“ Tiga (hal) Barang siapa ketiganya ada padanya maka ia munafiq, sekalipun ia berpuasa, sholat, haji, umroh dan berkata “Sesungguhnya aku adalah seorang muslim”, : (1) Orang yang apabila ia berbicara ia dusta, (2) Apabila ia berjanji ia menyalahi dan (3) Apabila dipercaya ia berkhianat.“
[HR Rustah dan Al Imam dan Abu Syaikh dalam At-Taubikh dari Anas]

Dalam Hadist tersebut dijelaskan bahwa Amalan-amalan/ibadah-ibadah pokok disebutkan oleh nabi seperti : Sholat, haji, Umroh, Berpuasa, tetapi Nabi tetap menghukumi Munafiq. Meskipun pada hadist diatas adalah Nifaq Amali, bukan Nifaq I’tiqoti. [Munafiq adalah Pelaku atau orangnya sedangkan Nifaq adalah perbuatannya], Dalam istilah bebas Munafiq adalah orang yang perbuatannya tidak sama dengan hatinya, atau dengan kata lain : “Lain dimulut dengan dihati, apa yang dilahirkan beda dengan di hatinya”

Ada beberapa alasan sehingga bohong atau Dusta menjadi maksiat yang Laris Manis “ yaitu :
  1. Pelakunya terdiri dari berbagai usia
  2. Pelakunya terdiri dari berbagai tingkat pendidikan
  3. Pelakunya terdiri dari berbagai status ekonomi
  4. Dilakukan oleh pelaku di berbagai tempat
  5. Yang dibohongi tanpa pandang bulu

Dari beberapa point diatas maka sering kita jumpai, anak kecil hingga kakek atau nenek berbohong, dari orang yang tidak mengenal pendidikan hingga yang Sarjana, Doktor hingga Profesor juga berbohong, Dari orang yang miskin hingga yang kaya raya juga berbohong, bohong juga dilakukan dimana-mana mulai di rumah hingga di masjid, korbannya juga mulai dari orang dekat hingga orang jauh. Tidak jarang anak membohongi orang tuannya, santri membohongi guru atau kyainya, bawahan membohongi atasannya ataupun sebaliknya.

Begitu bahayanya bohong atau dusta, hingga dalam kesempatan lain Nabi bersabda : “Jauhilah Dusta, karena sesungguhnya Dusta/Bohong adalah menjauhi iman “

Dari Hadist Nabi tersebut jelaslah bahwa Dusta/bohong bisa menjauhkan iman, dan kalau imannya sudah menjauh bisa menjadi kufur. Yang dimaksud iman disini bisa iman haqiqi atau bisa mengurangi kesempurnaan dari iman itu. Bila dianalogikan iman adalah pohon yang berbuah dan berdaun, sedangkan dusta atau Bohong adalah benalu. Kalau ada Pohon meskipun itu berbuah dan berdaun, bila dicabangnya ditumbuhi benalu. Maka secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, waktu demi waktu dan tahap demi tahap maka cabang pohon tersebut akan rontok daunnya, kering dan mati, begitu juga dengan iman bila sering kita berdusta.

Hal ini sesuai dengan apa yang didawuhkan oleh Hadratusy Syaikh Sholahuddin Abdul Djalil Mustaqim : “Memenuhi segala macam iman itu gak gampang, dan yang paling sulit itu mencukupi iman”. Begitu sulitnya untuk mencukupi iman, apakah kita malah melakukan dusta/bohong untuk menjauhkan iman ?

Tidak Semua bohong atau Dusta itu dilarang, Kehalalan dusta/bohong itu tidak dari bohongnya tetapi dari akibat atau efeknya menurut kaca mata agama, apabila bohong itu mendatangkan manfaat dan maslachah, dan manfaat itu hanya bisa tercapai dengan cara berbohong, maka Dusta/bohong bisa menjadi boleh [Darurat]. Sebagaimana Hadist Nabi yang berbunyi :
“Sesungguhnya Rasulullah saw tidak memperbolehkan dusta, kecuali dalam tiga hal : (1) Berdusta untuk mendamaikan dua orang yang sedang bersengketa, (2) Pada waktu Perang, dan (3) Dusta seorang suami kepada sang istri [demi kebaikan] .“

Semoga Kita Semua bisa terhindari dari dusta atau berkata bohong, dan semoga Allah swt selalu memberikan Taufiq dan Hidayah-Nya. Semoga bermanfa’at. Wallahu ‘alamu bish showab.


Selengkapnya.....

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template