20 Juni 2010

Kitab Kitab Kajian Sulthonul Auliya' Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili

Dalam mengajarkan tasawuf kepada murid-muridnya, Sulthonul Auliya’ Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili menggunakan beberapa referensi kitab kitab diantaranya adalah :

  1. Kitab Khatam al Auliya’ karangan al Hakim at Tirmidzi.
    Sebuah kitab yang menghebohkan disaat terbitnya dan banyak menimbulkan kesulitan disebabkan karena pendapat-pendapat yang terkandung didalamnya.
    Kitab ini cukup menarik dikalangan sufi karena didalamnya mengenalkan berbagai masalah, diantaranya masalah kewalian (wilayat) dan kenabian (nubuwwat) yang dalam beberapa masa kemudian mendapat pengembangan dalam karya karya Ibnu Arabi terutama dalam Futuhatul Makkiyah. Imam Syadzily dalam pengajiannya memberikan syarahan-syarahan terhadap kitab ini dengan jelas dan terperinci dan mendapat perhatian para ulama. Asy Syadzili menguraikan kitab khatamul auliya’ berupa ajaran, ajaran-ajaran itu sangat indahnya hingga Abul Abbas al Mursi sangat tekun memperhatikan. Setiap kali ajaran diberikan tak luput dari kehadirannya, karena ajaran-ajaran yang menguraikan perihal isi kitab itu menurut pandangan beliau amatlah penting artinya. Sampai-sampai kepentingan dakwah beliau tangguhkan karena untuk menghadiri penguraian oleh asy Syaikh berkenaan dengan isi kitab khatamul auliya’ tersebut.

  2. Kitab Al Mawaqif wal Mukhtabah karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Jabbar al Naffari.
    Kitab yang tidak mudah dipahami, karena didalamnya dipenuhi oleh hal-hal yang bersifat ruhiyah ; karena peliknya penguraian yang terkandung didalamnya, maka tak mungkin dipahami kecuali oleh ahli rasa (dzauqiyah), mereka itu adalah orang-orang khusus. Konon kitab ini adalah pemberiah Tuhan tatkala pengarangnya sedang berkhalwat. Dalam kitab ini pengarangnya menempatkan diri disuatu tempat (muaqif) sedang berdialog dengan Tuhan dan dari dialog itulah lahir ajaran sufi yang tinggi. Imam Asy Syadzili dalam hal ini ingin membuat penguraian untuk memudahkan pengertiannya dan beliau bersedia memberikan bimbingan bagi mereka yang condong dengan alam hikmat.
    Masih dalam hubungan dengan kitab Al Mawaqif wal Mukhtobat, berkatalah Syaikh Ibn Attaillah tentang Asy Syaikh Abul Hasan yang pada saat itu berada di Kairo di kediaman Az Zaki as Sarah dimana kitab Al Mawaqif sedang dibacakan, maka berkatalah Asy Syaikh “dimana Abul Abbas?” ketika Abbul Abbas datang, berkatalah Asy Syaikh, Wahai anakku bicaralah ! semoga Allah memberkahi padamu, bicaralah ! semenjak dari saat sekarang ini sekali-kali engkau takkan tinggal diam ! Abul Abbas menjawab. Semenjak saat itu lesan asy Syaikh ada padaku.
    Dalam terjemahan bahasa indonesia kitab ini berjudul “Melihat Allah”, Mustafa Mahmoud dengan Alih Bahasa Abu Bakar Basymeleh dan Ibrahim Mansur, Penerbit Bina Ilmu Surabaya, Cetakan kelima 2006. Atau dalam bahasa melayu kitab ini berjudul “Nikmatnya Melihat Allah” keluaran Pustaka Rumput Abadi.

  3. Kitab Qut al Qulub karya Abu Thalib al Makky
    Kitab ini ditulis menurut acuan syara dengan uraian-uraian dan pandangan-pandangan sufi hingga syariat dan hakikat sejalan dan bersatu. Kitab ini diuraikan dan disyarakan oleh Syaikh Syadzili pasal demi pasal hingga jelas. Kitab ini merupakan salah satu bacaan Imam Al Ghazali ketika meniti jalan sufi. Menurut Syaih Abul Hasan Asy Syadzili, Kitab Qut al Qulub ini ibarat makanan, beliau selalu membaca dan mengajarkannya.
    Dalam terjemahan bahasa Indonesia kitab ini terdiri dari 2 jilid berjudul “Quantum Qolbu, Nutrusi untuk Hati”, Penerbit Pustaka Hidayah, Cetakan 1 April 2008

  4. Kitab Ihya Ulumuddin karya imam al Ghazali
    Kitab ini merupakan pengembangan dari apa yang telah ditulis oleh Abu Thalib al Makky dalam Qut al Qulub. Dengan berbagai luasan dan pengalaman yang dialami sendiri, al Ghazali lebih tepat memadukan antara syariat dan tasawuf dan dalam karyanya itu ia berhasil memadukannya. Asy Syadzili menyatakan bahwa kitab Ihya Ulumuddin mewariskan kepada kita dengan gemerlapan ilmu, sedang Qut al Qulub mewariskan kepada kita cahaya yang terang benderang.
    Kitab ini ditulis oleh imam Al Ghazali ketika berkhalwat, beribadah dan dekat dengan Allah SWT. Buku ini adalah buah kedekatannya dengan Allah. Ia adalah sebaik-baik harta simpanan manusia. Imam al Nawawi pernah berkomentar “Ihya” nyaris laksana Alqr’an, sebab rujukannya adalah Alqur’an. Imam al Nawawi sendiri adalah pakar sunnah dan fiqih sehingga komentarnya itu tentu mempunyai nilai tersendiri. Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili selalu membacakan dan mengajarkan buku itu kepada murid-muridnya.
    Kitab ini sudah banyak diterjemahkan dalam bahasa indonesia, dan tidaklah terlalu sulit untuk mencarinya di toko toko buku.

  5. Kitab al Syifa yang di tulis oleh al Qadhi Iyadh.
    Kitab ini di pergunakan oleh Syaikh Abul Hasan Asy Syazdili untuk mengambil berkah dan juga menjadi sumber syarahan-syarahan dengan melihat tasawuf dari sudut pandang ahli Fiqh. Kitab ini termasuk yang diberkahi dan mendapat penghargaan khusus di tengah tengah masyarakat. Syaikh Abul Hasan Asy Syazdili menganjurkan untuk ditekuni dalam menelaah.

  6. Kitab Ar Risalah karya Imam Qusyairi an Naisabury
    Kitab ini dipergunakan oleh Asy Syadzili sebagai permulaan dalam pengajian tasawufnya. Kitab ini dianggap sebagai KUHP-nya tasawuf. Kitab ini ditulis bukan hanya untuk tujuan pengetahuan, tetapi juga untuk menjadi neraca ajaran sufi dan standart amal perbuatan mereka. Didalamnya kitab ini berisi riwayat hidup beberapa syaikh Sufi, juga pembahasan tentang pengertian-pengertian, maqomat, ahwal, adab, akhlak, muammalah dan akidah yang terpatri dalam hati mereka, serta tentang nasihat mereka dan cara mereka menapaki tarekat ini dari awal hingga puncak. Semua ini dimaksudkan agar menjadi kekuatan dan petunjuk bagi salik. Semoga pengakuan kalian pada karya ini menjadi saksi atas diriku. Dan semoga keluhan yang kalian sampaikan menjadi penghibur dukaku. Semoga Allah memberikan karunia dan balasan. Aku senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dalam setiap penjelasan yang aku sampaikan. Aku berlindung kepada-Nya dari segala kesalahan. Aku meminta ampunan dan maaf-Nya. Dialah Zat yang layak atas segala keutamaan dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.
    Dalam terjemahan bahasa Indonesia kitab ini berjudul “Risalah Qusyairiyah, Induk ilmu Tasawuf” dengan alih bahasa Syaikh Muhammad Luqman Hakim, MA, Penerbit Risalah Gusti Surabaya, Cetakan ke-6 Juni 2006

  7. Kitab Al Muharar al-Wajiz karangan Ibnu Athiah
    Kitab ini merupakan salah satu sisi dari pengajian dalam rangka memperlengkapi pengetahuan dan diuraikan dan disyarahkan oleh asy Syadzili. Kitab ini merupakan kitab yang diapresiasi oleh ulama salaf maupun mutakhir. Judul kitab ini telah menunjukkan betapa uraian dalam isi kitab yang dengan jelas kalimat kalimatnya adalah kalimat pilihan dan ibarat ibarat yang dikandung amat halus. Sesuai dengan namanya, tafsir ini memang wajiz (ringkas) walaupun tidak seringkas Jalalain maupun al Baidhawi.

Demikianlah kitab-kitab yang dipergunakan oleh asy Syadzili dalam pengajian-pengajiannya yang menunjukkan bahwa ajaran-ajaran asy Syadzili dalam tasawuf benar-benar berada dalam jalur sunni.

Selengkapnya.....

06 Mei 2010

Doa Tawasul Sulthonul Auliya' Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili

Dengan Nama Allah Yang maha Pengasih dan Penyayang.

Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Dengan pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmatNya dan yang menjamin tambahan-tambahanNya. Wahai Tuhan kami, hanya bagiMu Puji, sebagaimana pujian itu patut terhadap kemulian DzatMu dan Keagungan KerajaanMu

Ya Allah limpahkanlah Rahmat kepada junjungan kami, Muhammad Sholallahu alaihi wassalam, yang dengan rahmat itu akan menyelamatkan kami dari semua keadaan yang merisaukan dan marabahaya, mengabulkan kami atas semua hajat, mensucikan kami dari semua keburukan / kesalahan, mengangkat kami kepada setinggi-tingginya derajat disisiMu, menyampaikan kami kepada sesempurna-sempurnanya perkara dari semua kebaikan pada waktu hidup dan setelah mati.

Ya Allah karuniakanlah Ridlo atas syaikh Abil Hasan Asy Syadzili beserta para leluhurnya, keturunannya, gurunya, muridnya, isterinya, saudaranya, dari para seluruh wali-wali muqorrobin, dan para ulama yang mengamalkan ilmunya, serta seluruh umat Muhammad Sholallahu alaihi wassalam, setara dengan jumlah bilangan makhlukMu, Keridloan DzatMu, timbangan ArsyMu, dan tinta klimat-kalimatMu.

Ya Allah angkatlah derajat dan tinggikanlah kedudukan mereka (yaitu syaikh Abil Hasan sy Syadzili beserta para leluhur, keturunan dan seterusnya) dan kumpulkanlah kami kedalam golongannya, masukkanlah kami kedalam penjagaannya, matikanlah kami pada thoriqohnya, bersama orang-orang yang Engkau karuniai nikmat yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan para sholihin.

Ya Allah dengan wasilah / perantaraan derajat Syaikh Abli Hasan Asy Syadzili disisiMu, kemuliaan beliau atasMu dan dengan sifat kepemimpinan beliau di sisiMu, kami mohon kepadaMu seluruh kebaikan dan kami berlindung kepadaMu dari semua keburukan.

Wahai dzat yang memiliki segala urusan, kami mohon kepadaMu Ya Allah...Ya Allah.. yang kesemuanya dengan wasilah/perantara an syaikh Abil Hasan Asy Syadzili, mudah mudahan Engkau mengabulkan seluruh hajat kami, mengangkat derajat kami, menyembuhkan semua orang yang sakit (diantara) kami, melapangkan semua kesusahan (kesempitan) kami, menghilangkan semua kesedihan kami, mengendalikan semua musuh kami, menggentarkan (menjadikan takut) lawan-lawan kami, dan menyemarakkan negeri kami dengan iman, islam dan nikmat serta karuniakanlah kepada kami rezeqi kebaikan pada akhir hayat kami.

Semoga Allah melimpahkan Rahmat kepada junjungan kami, nabi Muhammad sholallahu alaihi wassalam sebagai nabinya umat dan yang menghilangkan kesusahan, beserta segenap keluarga dan sahabat-sahabat beliau dan semoga Allah memberi keselamatan dengan keselamatan yang abadi. Segala puji bagi Alla Tuhan seru sekalian alam. Amiin amiiin Ya robbal ‘aalamiin..

Sumber : MANAQIB SANG QUTHUB AGUNG, Sejarah kehidupan sulthonul auliya' is syayyidi syaikh Abil Hasan asy Syadzily (593 - 656 H / 1197 - 1258 H), H. Purnawan Buchori, Penerbit Pondok PETA Tulungagung, Cetakan Kedua Maret 2007

Selengkapnya.....

05 Mei 2010

Macam-macam Karomah

Karomah Hissiyyah

Adalah karomah yang bisa disaksikan oleh orang-orang awam, semisal : mengtahui isi hati seseorang, memberitahukan sesuatu yang sudah terjadi atau akan terjadi, berjalan di atas air, memperpendek jarak perjalanan, menghilang dari pandangan mata, dikabulkannya doa dalam waktu dekat .... dsb. Karomah Hissiyyah ini muncul dari anggota tubuh seseorang, yang meliputi :

  1. Mata
    Barang siapa menggunakan matanya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larangan-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah antara lain : bisa melihat orang yang akan datang dari tempat yang sangat jauh, bisa melihat sesuatu dari balik hijab/tembok. Bisa melihat benda yang berada di tempat yang gelap, bisa melihat ka’bah ketika sedang sholat, bisa melihat alam malakut atau alam ruhani, yaitu alam para malaikat dan jin, serta bisa melihat Nabi Khidir dan para wali abdal.
    Sebagian para Auliya’ ada yang bisa mengenali orang-orang berbuat maksiat dengan melihat tanda hitam pada anggota tubuhnya. Semisal orang yang habis mencuri pada tangannya terlihat ada noda hitam. Orang yang habis berjalan menuju tempat maksiat pada kakinya terlihat ada noda hitam.
    Sebagian dari auliya’ ada yang di kasyf, sehingga bisa melihat keadaan surga dan neraka serta para penghuninya.

  2. Telinga
    Barang siapa menggunakan telinganya untuk beribadah kepada Allah SWT, serta menjauhi larangan-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macm karomah, antara lain ; Bisa mendengarkan pembicaraan binatang dan benda-benda mati.
    Sebagian dari Auliya’ ada yang diberi karomah, bisa mengetahui kegunaan tumbuh-tumbuhan dan binatang karena masing-masing dari tumbuhan dan binatang tersebut mengatakan kepadanya “kegunaanku untuk demikian.. demikian.. demikian..”.
    Dan sebagian dari mereka diberi anugerah bisa mengetahui khasiat dari bebatuan, semisal : Batu akik, zamrut dan sebagainya.
    Sebagian dari Auliya’ ada yang bisa mendengarkan suara malaikat yang mengcapkan salam dan berkata-kata kepada dirinya. Suara tanpa rupa ini biasa disebut dengan istilah Haatif.

  3. Lisan
    Barang siapa menggunakan lisannya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larangan-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : bisa berbicara dalam segala alam bisa berbicara dengan orang mati dan bisa mengkhabarkan kejadian-kejadian yang sudah lewat dan yang akan datang.
    Sebagian auliya’ ada yang diberi karomah bisa berbicara dengan orang yang telah meninggal dunia seperti : Abu Said al-Khorroz, syaikh abdul Qodir al Jailany, Syaikh Taqiyyuddin as Subki, dsb.
    Sebagian auliya’ ada yang diberi karomah bisa berbicara dengan tumbuh-tumbuhan, seperti yang terjadi pada Ibrahim bin Adhom, suatu ketika berbicara kepada pohon delima yang berjanji kepadanya akan mengeluarkan buah yang manis dan lebih besar dari ukuran biasanya.

  4. Tangan
    Barang siapa menggunakan tangannya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larang-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : Bisa mengeluarkan sinar dari telapak tangannya, bisa memancarkan air dari jari-jarinya, membutakan musuh dengan melemparkan debu ke arahnya, serta bisa mengambil sesuatu yang diinginkan dari alam ghaib.

  5. Perut
    Barang siapa menggunakan perutnya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larangan-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : Allah akan memberi tanda-tanda tertentu jika perutnya dimasuki makanan atau minuman haram, menjadikan banyak pada makanan yang sedikit sehingga bisa mngenyangkan orang banyak, bisa merubah satu macam makanan menjadi bebrapa macam, dikirimi makanan atau minuman oleh sebangsa jin atau malaikat, bisa merubah air asin menjadi tawar dsb.
    Sebagian auliya’ ada yang mendapat kiriman makanan, susu dan madu dari alam ghaib, manakala mereka merasakan sangat lapar atau dahaga, sementara itu di tempat tersebut tidak di jumpai makanan dan minuman yang halal.
    Sebagian auliya’ ada yang di beri karomah bisa merubah makanan atau minuman yang dihidangkan kepadanya. Sebagaimana yang terjadi pada syaikh Isa al Hattar al yamani yang mendapat kiriman dua guci yang berisi arak. Beliau menbuka dan menuangkan isi guci tersebut seraya mengucapkan basmalah lalu mempersilahkan kepoada para hadirin untuk menikmatinya, ternyata arak tersebut telah berubah menjadi samin yang lezat.
    Sebagian auliya’ ada yang tidak mempan diracun. Mereka menenggak racun sebagaimana menenggak air putih dan sama sekali tidak membahayakan dirinya.

  6. Alat Kelamin
    Barang siapa menggunakan alat kelaminnya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larang-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : bisa menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta, di beri kekuatan meninggalkan perkara-perkara yang melalaikan dari beribadah kepada Allah..dsb.
    Sebagian auliya’ ada yang diberi karomah bisa menghidupkan binatang yang telah mati seperti kisah :
    1. Abu Ubaid al Bisri yang kuda tunggangannya terbunuh ketika bertempur di medan perang, lalu ia berdoa kepada Allah agar berkenan menghidupkan kembali kuda tersebut. Beberapa saat kemudian kuda itu hidup kembali.
    2. Syaikh Ad Damamini menyeru kepada seekor burung yang telah mati dan digoreng diatas wajan penggorengan ; “Wahai burung terbanglah”, maka seketika itu juga burung itu hidup kembali dan terbang ke angkasa.
    3. Syaikh al Ahdal memanggil manggil seekor kucing peliharaannya yang telah mati, lalu kucing tersebut hidup kembali dan datang memenuhi panggilannya.
    4. Syaikh Abdul Qodir al Jailany yang menyeru kepada ayam panggang yang telah dimakannya dan tinggal tulang belulangnya :”Wahai ayam, bangunlah atas seizin Allah yang maha menghidupkan tulang-tulang yang usang !”, maka seketika itu juga sang ayam itu berdiri dan berkokok.
    5. Syaikh Abu Yusuf ad Dahmaani, suatu ketika melayat orang yang meninggal dunia. Beliau menghampiri di dekat jenazahnya, lantas menyeru : “Wahai fulan berdirilah atas seizin Allah !” maka seketika itu juga jenazah tersebut hidup kembali dan diberi umur yang panjang.
    6. Imam as Subki meriwayatkan dari Syaikh Fathuddin Yahya, ia melihat ayahnya, yaitu syaikh Zainuddin mendoakan anak kecil yang mati karena terjatuh dari atas loteng. Seketika itu juga anak kecil itu terbangun dari kematian dan hidup kembali.

  7. Kaki
    Barang siapa menggunakan kakinya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larang-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : bisa berjalan diatas air, melipat jarak perjalanan, berjalan di udara... dsb.

  8. Hati
    Barang siapa menggunakan Hatinya untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi larang-larangannya, maka akan dianugerahi berbagai macam karomah, antara lain : bisa mengetahui sesuatu yang akan terjadi, mengetahui rahasia-rahasia kemakrifatan .. dsb.
    Sebagian auliya’ ada yang di kasyf (dibukakan mata hati) sehingga bisa menguasai berbagai macam ilmu an Nadhoriyyah dan ilmu Syar’iyyah.
    Sebagian auliya’ ada yang diberi anugerah bisa memahami ayat-ayat al Qur’an yang di dengarnya, meskipun tidak pernah mempelajari Tafsir dari ayat-ayat tersebut.

Karomah Ma’nawiyyah

Adalah karomah–karomah yang tidak dimengerti oleh orang-orang awam, namun hanya di mengerti oleh orang-orang alim saja. Diantara karomah ma’nawiyyah itu ialah : Istiqomah menjalankan adab-adab syareat, memiliki akhlaq yang terpuji, bergegas dalam menjalankan kebaikan hatinya disucikan dari sifat-sifat yang tidak terpuji semisal : iri, dengki, berburuk sangka..dsb, merasa selalu diawasi oleh Allah ..dsb. ini semua adalah contoh-contoh dari karomah yang sebangsa ma’nawi.
Berkata imam al Qusyairi : “Sesunguhnya karomah yang paling agung ialah terus menerus memperoleh pertolongan untuk mengerjakan ketaatan-ketaatan serta dijaga dari kemaksiatan-kemaksiatan dan larangan-larangan”.
Sebagian auliya’ ada yang diberi karomah bisa memanjangkan waktu yang semestinya tidak cukup melakukan amal yang banyak, semisal :
  1. Syaikh Umar asy Syafi’i rohimahullahu ta’ala, mampu mengarang berpuluh-puluh kitab, menghatamkan al Qur’an dalam setiap harinya sebanyak satu kali khataman dan pada saat bulan ramadhan sebayak dua kali khataman, mengajar, memberikan fatwa, berdzikir dan kegiatan-kegiatan lainnya. Padahal beliau menderita 30 macam penyakit yang tak kunjung sembuh sampai akhir hayatnya. Dan jika dihitung-hitung menurut akal, antara umurnya dan kitab-kitab yang dikarangnya serta amal ibadahnya, tidaklah cukup untuk melakukan itu semua.
  2. Imam Haromain al Juwaini, betapa banyak kitab yang dikarangnya, sementara itu dalam kesehariannya, beliau disibukkan mengajar beribadah, menyampaikan fatwa-fatwa untuk masyarakat dan kegiatan-kegiatan lainnya.
  3. Syaikh Muhyidin an Nawawi, betapa banyak kitab yang dikarangnya dan seandaimya seluruh umurnya digunakan untuk menyalin tulisan-tulisannya, niscaya tidak akan mencukupi. Padahal selain mengarang kitab, beliau juga disibukkan mengajar, membaca al Qur’an, mengerjakan sholat-sholat sunnah, disibukkan dengan majelis fatwa dan kegiatan-kegiatan yang lain.


Sumber : Mengenal Wali Wali Allah, M. Ridlwan Qoyyum Said,
Penerbit Mitra Gayatri, tanpa tahun


Selengkapnya.....

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template