27 November 2009

Pengakuan Syaikh Abdul Halim Mahmud tentang Kekeramatan

Ketika saya memulai penyusunan kitab ini [Asy Syadzily], tiba-tiba saya menghadapi suatu kemusykilan yakni mengenai “Kekeramatan” [karomah], dimana soal kekeramatan ini amat banyak kita jumpai terutama dalam kitab-kitab lama yang berisi tentang syaikh Abul hasan, maka tidak mungkin kekeramatan ini kita abaikan tanpa, membuka peluang untuk kita bicarakan.

Akan kunukil keseluruhannya, lalu aku meninggalkan tanggung jawab dengan menimpakan pada orang-orang yang telah menyebutnya?

Dengan menempuh jalan sebagaimana yang tersebut diatas, apakah kiranya patut disebut kalau aku melakukan sesuatu yang baik bagi syaikh Abul hasan atau pula kebalikannya?

Orang-orang yang terpelajar dimasa kini kurang senang kalau disebutkan soal kekeramatan dengan begitu saja tanpa diperhitungkan, apalagi secara berlebihan dalam penuturan. Lain halnya dengan orang yang mengikuti para wali dimanapun juga ia berada, ia akan berupaya agar hal kekeramatan itu selalu disebut demi untuk menambah semaraknya sang wali dan menggusarkan bagi mereka yang kurang menyukai.

Mengenai mereka yang mengingkari kekeramatan, mereka mengingkari juga mukjizat-mukjizat walaupun dapat dicapai oleh panca indera sebagai mana yang tersebut dalam sunnah yang benar yang beritanya telah disaring oleh para ahli riwayat hadist berkenaan dengan Rasulullah SAW. Mereka berkenaan dengan mu’jizat sudah merasa cukup dengan adanya Alqur’an dan enggan mengakui selainnya walaupun yang dibawakan oleh pemuka-pemuka hadist sebagaimana imam bukhari dan imam muslim dan dari beberapa kitab hadist yang banyak ragamnya.

Jiwa orang sekarang kurang dapat menerima kekeramatan, mereka akan mengolok-olok secara terang-terangan kepada siapa yang membawa riwayat dengan imbuhan tentang kekeramatan seorang wali.

Akan kuikuti pulakah jejak mereka yang ingkar ? badai kemusykilan ini kuhadapai dengan tegas, akupun tidak maju mundur sejak memulai dari mukadimah dan kusebutkan dengan jelas akan halnya kekeramatan pada diri Syaikh Abul hasan sesuai dengan riwayat syaikh abul abbas ra. Tidak sedikitpun keraguan dalam hatiku mengenai kebenarannya. Aku pun menukil beberapa riwayat kekeramatan yang sesuai dengan isi kitabku.

Mengapa begitu lancar usaha penukilan dalam kitab ini ? mengapa ? Hal-hal berikut inilah yang menjadi jawaban atas pertanyaan diatas :
1. Bahwa alqur’an sendiri membicarkan dengan susun kata tanpa kesamaran tentang mukjizat dimana Allah bermurah memberikan mukjizat-mukjizat itu kepada Rasul dan para NabiNya. Dan didalam alqur’an pula dibicarakan masalah kekeramatan bahwa itu adalah Anugerah Allah SWT kepada para auliya’ dan ashfiya’Nya (para pilihanNya). Bukanlah alqur’an telah membicarkan dengan jelas hingga tidak memerlukan takwil, bahwasannya Isa as, membentuk burung dari tanah kemudian ia tiup maka menjadilah seekor burung yang hidup dengan izin Allah ? dan Al masih menyembuhkan orang buta dan sopak, juga menghidupkan orang yang mati dengan izin Allah. Didalam alqur’an didapati pula tentang Nabi Musa as, yang melemparkan tongkatnya tiba-tiba menelan apa yang mereka (ahli sihir fir’aun) pamerkan. Dan ia yang mengeluarkan tangannya lalu tampak putih bagi yang melihat, dan bunda Maryam yang hamil tanpa sentuhan lelaki, bukannya kesemuanya ini malanggar tabiat dan adat ? betapa pula keheranan zakaria yang melihat makanan yang tersedia dalam bilik maryam, hingga beliau menanyakan “Wahai Maryam ! dari mana kau dapatkan kesemuannya ini ?” Maryam menjawab dengan tenang “ Dari sisi Allah SWT.
2. Nama peraturan tabiat sebenarnya yang tepat adalah adat kebiasaan alam. Pelanggaran terhadap adat bukanlah barang mustahil bagi pertimbangan akal. Adat kebiasaan alam tidak dapat menguasai Tuhannya alam semesta.
3. Tangan-tangan yang dilalui oleh mukjizat atau kekeramatan tiadalah mereka mengaitkan dengan dirinya, tetapi menasabkan kepada yang Maha Pemurah yang Maha pemberi, yang memiliki kekuasaan yang mampu menaklukan dan memaksakan. Mereka itu menasabkan kepada Dia yang berkuasa sepenuhnya atas segala sesuatu.
4. Kalau kita mengarahkan selidik kita pada mereka yang ingkar terhadap kekeramatan, mereka itu tiada bedanya dengan warna kekejaman dan kekerasan hati, kalau anda tengok agak kedalam, anda akan mendapati mereka bukanlah orang yang memiliki perasaan yang halus, tidak pula padanya bashirah apalagi kemalaikatan ruh, mereka itu kalau bukan dari golongan mulhid (atheis) adalah dari jenis yang imannya belum meresap kedalam lubuk ghatinya dan masih merupakan sesuatu yang terapung dan belum mendasar.
5. Jumhur para muslimin sepanjang masa baik para awam atau para khusus ataupun yang sudah tinggi ilmu agamanya tidak satupun yang mengingkari, dan kesemuanya mengimani kekeramatan.

Sebab sebab yang sudah saya sebutkan diatas membantu saya untuk menelusuri dan menukil dari kekeramatan Asy Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili. Ada pula sebab lain yang bersifat khusus, tanpa mendabik dada aku katakan bahwa aku dapat menghadapi kemusykilan itu dengan mudah. Terus terang tanpa sedikitpun rasa sombong bahwa diriku ini bukanlah pribadi yang dipermainkan oleh waham dan khayal dan tidaklah pada hari-hari yang kutinggalkan menjadi mangsa kebatilan dan khurafat. Kepunyaan Allah-lah segala kurnia dan pemberiaan. Telah menjauh antaraku dengan pengaruh yang membekas (iehaa’-mempesonakan) yang membawa kepada waham dan khayal.

Kalau aku menambahkan berbagai sebab khusus, kesemuanya itu adalah agar keyakinan itu penuh dengan kepercayaan. Semoga Allah memberi hidayah kepada siap yang dalam hatinya kesediaan untuk menerima kebaikan dan pada ruhnya terdapat sendi-sendi untuk menampung kebenaran.

Disaat mengakhiri kitab ini tiba pula cobaan yang tak putus-putusnya, cara yang kutempuh tak lain adalah melindungkan diri kepada Allah disertai mohon kelapangan, tiba-tiba pada suatu hari telah datang kepadaku seorang yang saleh, yang mana beliau itu amat memaklumi hal-hal dari permulaan kitab ini. Beliau memberikan kepadaku gulungan kertas yang berisi “Shighah” (cara-cara bershalawat kepada Rasulullah saw). Pak saleh ini berkata bacalah dengan tekun dan selamilah kedalaman arti yang terkandung, bacalah seorang diri dimalam hari, semoga dengan demikian sirnalah apa yang selama ini membebani dirimu dan terbukalah apa yang selama ini mengaburkan.

Akupun beriktikaf mengasingkan diri dalam bilik sehabis sholat isya’, aku nyalakan lampu kamarku setelah itu kertas dari pak shaleh itu mulai kusentuh dan kubuka, berulang-ulang ku baca shighah shalawat yang tertera di atas kertas itu, ku selami dengan tekun kedalaman arti yang terkandung. Tiba-tiba dengan cara mendadak huruf-huruf tulisan dalam shighah itu menyala-nyala berkilau dengan cemerlang sekalipun lampu didalam kamarku terang menyala, tetapi huruf-huruf dengan cahayanya mampu mengalahkan terangnya lampu. Mungkin saja mataku silap maka kugosok mataku berulang kali, tetapi huruf itu tetap meyala dengan penuh gemerlapan yang amat mempesonakan.

Sadarlah aku sekarang betapa Allah membuka pintu RahmatNya, aku bersyukur, puja-puji kuhadapkan kepadaNya. Nur yang keperoleh ini merupakan rumus yang mampu menyirnakan beban derita dan menghilangkan duka cita, itulah “kekeramatan shighah yang diberkahi.

Satu pelanggaran adat yang terjadi di hadapan mataku adalah apa yang pada suatu pagi, dimana aku sedang duduk diruang perpustakaan dalam rumahku. Sudah teradat pada diriku, sebelum aku memulai membaca, kurenungkan pikiranku dengan menundukkan kepala sambil memejamkan mata dan setelah itu kepala baru ku angkat dan kubuka mataku, di pagi hari itu demikian pula yang kulakukan, tetapi setelah kuangkat kepalaku dan kubuka mataku, nampak dihadapanku sesosok tubuh seorang lelaki kekar, kulitnya berwarna sawo matang, kepalanya dibalut dengan kain putih yang oleh penduduk hijaz diberi nama al-fitrah. Besar tubuhnya lebih patut dikatakan kurus dan berdirinya agak membungkuk.

Sekujur badannya kulihat dengan nyata sampai-sampai corak pakainnya kulihat penuh ketelitian, suatu keanehan pula bahwa perasaanku tidak gentar sedikitpun menghadapi orang itu. Tidak sepatah katapun keluar dari lesannya dan akupun demikian juga, kami hanya saling pandang memandang, lama kelamaan mulai tampak kabur sedikit demi sedikit, pandanganpun mulai menipis hingga akhirnya lenyap sama sekali.

Demikianlah kesaksian penuh pesona tanpa gerak sedikitpun yang kualami di pagi hari yang cerah itu.”pelanggaran adat” yang bagaimana pula yang akan kualami setelah kesemuanya ini ?

Orang yang mengingkari pelanggaran adat dan mengingkari kekeramatan para wali Allah, mereka itu mengingkari jerih payah manusia sebagai penyelidik semenjak wujudnya manusia. Mereka mengingkari penetapan alqur’anul karim, mengingkari jumhur umat, dan setelah pengalaman pribadiku yang hanya beberapa detik itu, makin kokohlah pendirianku bahwa kekeramatan Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili dan hal ini sudah kumulai sejak mukadimah secara langsung dan penetapanku pula yang sudah disaksikan oleh Quthub besar Abus Abbas Al Mursi, beliau sudah menyaksikan dengan kesaksian yang meyakinkan.


Dari Kitab “Asy Syadzili” karya Syaikh Abdul Halim Mahmud,
Dalam Terjemahan Bahasa Indonesia berjudul : “Abul Hasan Asy Syadzili ; Kehidupan Do’a dan Hizibnya”
diterjemahkan Oleh Abu Bakar Basymeleh dan Ibrahim Mansur,
Penerbit Mutiara Ilmu Surabaya, Cetakan Pertama Desember 1992


Selengkapnya.....

26 November 2009

Syaikh Abdul Halim Mahmud


Abdul Halim Mahmud dilahirkan di desa al-salam daerah bilbis dimesir pada tahun 1910 dalam lingkungan keluarga yang kuat dan spiritual yang tinggi. Ia mulai belajar didesa itu dan melanjutkan pada sekolah menengah lanjutan pada perguruan al Azhar. Setelah tamat pada menengah lanjutan, atas anjuran orang tuannya yang alumnus al Azhar, ia melanjutkan pada universitas al Azhar kairo. Setelah menamatkan di universitas al Azhar, ia meneruskan perkuliahan di univrsitas sorbon Perancis, dan kemudian memperoleh gelar doktor dengan bimbingan prof. Dr. Louis Mossingon dengan disertasi yang membahas tentang tasawuf al Harist al Muhasibi pada tahun 1942.

Sebagaimana kebanyakan sarjana mesir yang tamat di luar negeri, setelah pulang ia tidak lagi memakai jubah dan surban sebagaimana biasanya ulama al Azhar, namun ia memakai pantolan lengkap dengan dasi dan rambut tersisir rapi, tetapi keadaan itu tidak berlangsung lama, sampai ia pada suatu malam bermimpi bertemu ayahnya yang sudah meninggal dan dalam mimpi itu ia diminta ayahnya untuk meninggalkan pantolannya dan menggantinya dengan lazimnya pakaian ulama al Azhar. Sejak itu ia mulai memakai jubah dan sorban dan sejak itu pula keruhaniannya mulai berubah, mulai menukik kedalam lautan hakikat.

Setelah ia pulang dari perancis ia diangkat oleh pemerintah menjadi dosen di universitas al Azhar dan selang beberapa tahun ia diangkat menjadi dekan fakultas ushuluddin, beberapa tahun kemudian ia diangkat sebagai guru besar dan menjadi anggota rektor magnifikus universitas al Azhar, suatu kedudukan yang tinggi setingkat perdana menteri.

Selama menjadi dosen itulah ia banyak bepergian ke berbagai negara di timur tengah untuk penelitian di bidang tasawuf dan memberikan kuliah di beberapa universitas.

Ia amat dihormati dan disegani baik kalangan rakyat, pejabat, intelektual maupun ulama mesir bahkan juga dunia islam. Setelah syaikhul akbar Mahmud Syaltout meninggal dunia, maka mesir tidak lagi diwarnai fatwa-fatwa modern dalam bidang fiqih, tetapi dengan itu mulai bangkit suatu spiritualitas baru dengan tampilnya syaikhul akbar Abdul Halim Mahmud. Masyarakat mesir mendapat curahan baru air sejuk kerohanian yang terpancar dari pribadi luhur dan ceramah-ceramahnya yang sejuk, baik melalui pertemuan-pertemuan umum maupun dalam seminar atau peringatan hari-hari besar islam.

Kehidupan sebagai seorang sufi di masa modern tergambar dalam kehidupannya sehari-hari. Penulis menyaksikan sendiri betapa hidupnya yang amat sederhana, demikian juga rumahnya yang kecil dengan perabotan yang seadanya, hanya dipenuhi oleh kitab-kitab diberbagai sudut rumah, walaupun jabaan begitu demikian tinggi. Wajahnya selalu cerah, dengan percakapan yang selalu terbatas tapi mulutnya selalu zikir dengan tasbihnya selalu berputar. Kalau bepergian ia selalu lebih banyak menggunakan bus umum daripada mobil dinasnya. Kalau ia memberikan kuliah biasanya di auditorium muhammad abduh, dan sebelum ia datang, mahasiswa sudah siap dan kalau dia sudah masuk ruangan tidak satupun yang berani masuk. Ia amat berwibawa, dihormati dan disegani.

Kedudukan Abdul Halim Mahmud bukan hanya mendapat tempat di hati rakyat, pejabat atau ulama, bahkan juga mendapat tempat di hati presiden anwar saddat. Apabila Mahmud Syaltout menjadi penasihat spiritual presiden Gamal Abdul Naser maka Abdul Halim Mahmud menjadi penasehat spiritual presiden Anwar Saddat. Konon setelah bertahun-tahun dipersiapkan oleh mesir untuk mengadakan penyerangan menghancurkan benteng bar lev yang menjadi kebanggaan dan lambang supremasi militer israel itu, tiba-tiba Abdul Halim Mahmud bermimpi bertemu rasulullah dan rasulullah memberi isyarat untuk segera mengadakan penyerangan terhadap israel. Hasil mimpi itu segera disampaikan kepada presiden anwar saddat. Setelah diadakan pertimbangan militer anwar saddat segera memerintahkan penyerangan yang terkenal dengan perang ramadhan. Benteng Bar Lev yang dibanggakan israel hancur berantakan dan israel mengalami kekalahan besar.

Abdul Halim Mahmud memiliki karya-karya yang cukup banyak diantaranya adalah
1. Al tafkir al falsafi fi al islam
2. Al tasawuf inda ibnu sina
3. Al ri’ayat lihuquqillah li al mahasibi
4. Abu madyan al ghaust
5. Al syibli
6. Ahmad al badawi
7. Al Syadzaly
8. Qadhiyyat al tasawuf al munqidzu min la dhalal li al ghazali
9. Al islam wa al aql
10. Al rasul
11. Asrar al ibadat fi al islam
12. Dan lain-lain

Kalau kita kaji karya karya Abdul Halim Mahmud dalam bidang pemikiran islam maka tampak sekali bahwa ia amat menghargai para sufi islam dari manapun asalnya dan dari aliran manapun mereka. Dalam mengikuti pengajian halaqoh beliau, penulis belum pernah mendengar beliau menyalahkan sufi yang berbeda pendapat dengan beliau.

Baginya jalan tasawuf adalah jalan yang selamat, akomodatif dan konstruktif bagi kehidupan dan kemajuan. Tasawuf membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam berbagai tulisannaya ia menunjukkan betapa para sufi telah bekerja membantu para fakir miskin, membangun masyarakat, meluruskan jalan pemerintahan dan berjuang membela negara. Ia membela kaum sufi dari berbagai tuduhan dengan jawaban-jawaban yang memuaskan , dan tuduhan terhadap kaum sufi itu dianggapnya sebagai mengada-ada. Ia tunjukkan beberapa sufi yang memiliki gelar sebagai orang pekerja sebagai pemintal benang, tukang jahit, pedagang dan sebagainya, sebagaimana halnya beberapa sufi yang gugur dimedan perang untuk membela negara. Oleh karena itu melalui jalan tasawuf kaum muslimin akan bangkit dan selalu aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Disamping teori-teori yang di kemukakannya dalam karya-karyanya itu juga tampak dalam kehidupannya sendiri , meskipun hidup dalam kehidupan tasawuf, namun ia berjuang dengan gigih berjuang baik melalui pribadi maupun jabatan negara yang disandangnya untuk kepentingan masyarakat, negara dan agama. Dengan begitu tasawuf bukan membuat masyarakat menjadi mundur, namun ia merupakan ajaran yang positif dan etos dinamisasi masyarakat. baginya tasawuf adalah kebersihan rohani dan usaha-usaha yang konstruktif dalam rangka menuju kepada Ilahi dan berolah penyaksian (Musyahadah) daripadaNya.

Berbicara tentang Musyahadah maka kita berbicara tentang pengetahuan puncak sufi yang didapat tidak lagi melalui logika atau indera, namun ia didapat melalui mata hati yang disebut dengan bashirah, sedang pengetahuan para sufi adalah pengetahuan ilham dari Allah.

Menurut Abdul Halim Mahmud, mata hati (bashirah) itu hanya bisa berfungsi kalau telah mencapai kebersihan rohani dan kebeningan jiwa hingga terang seterangmya mencapai Cahaya Ilahi. Maka tingkat pengetahuan sufi adalah tingkat kedua setelah Nubuwwah Nabi. Untuk mencapainya harus melalui maqomat dan ahwal dimana maqomat merupakan jalan bertingkat yang terus menerus diusahakan, sedang ahwal adalah keadaan pemantapan rohani yang menyejukkan dan menyegarkan yang diberikan dalam Rahmat Rabbani.

Pedoman perjalanan sufi tidak lain adalah Rasulullah sendiri. Untuk itu diperlukan syarat-syarat. Syarat pertama harus harapan penuh kepada Allah, kedua harapan akan berjumpa dengan hari akhir, dan ketiga selalu dzikir kepada Allah. Dengan persyaratan itu seseorang telah mulai memasuki pintu menuju Tuhan dan mulailah tumbuh tekad untuk tegar menuju Tuhan dan memperbanyak tobat bila terjadi alpa atau lupa. Apabila tobat telah benar akan menumbuhkan wara’ yaitu meninggalkan segala bentuk syubhat dan hal itu akan mengantarkan kepada kedudukan zuhud, suatu kehidupan sederhana dalam segala hal, dan kedudukan ini menyampaikan lagi kepada kedudukan berikutnya yaitu tawakkal. Tawakkal adalah memberikan dan mempasrahkan segala hasil usaha karena kecintaan kepada-Nya. Dengan itu kecintaan mulai tumbuh dan semakin kuat dan pendorong segala usaha dan tingkah laku itu sesuai dengan kehendak yang dicintai. Apapun yang dikehendaki yang dicinta akan dilaksanakan dengan patuh dan penuh Ridha. Ridha merupakan maqam akhir menuju Tuhan.

Demikian perkembangan kesufian seseorang, menurut Abdul Halim Mahmud, dimulai dengan rasio dilanjutkan dengan perkembangan ruhani yang meningkat hingga bashirah menyampaikan kepada Musyahadah.

Adalah amat mengesankan apa yang menjadi jalan tasawuf Abdul Halim Mahmud tersebut dan hal itu juga di tunjukkan dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang sufi dan sarjana yang disegani. Kepribadian sufi yang luhur, disamping memiliki jalan tasawuf itu ia juga mampu menampilkan keunggulan spiritual islam ditengah kancah materialisme abad XX, hingga menimbulkan optimisme dan harapan-harapan baru.

Abdul Halim Mahmud dikenal dikalangan ulama dengan syaikhul akbar, dikalangan masyarakat dikenal dengan al imam, dan dikalangan sufi digelari dengan abul ‘Arifin. Bapak para sufi ini wafat pada tahun 1978 dengan diantar oleh ulama, pejabat, dan kaum muslimin yang melimpah ruah ditempat pemakamannya yang khusus untuk para ulama. Lahu al Fatihah .........


Sumber : Ajaran dan Teladan Para Sufi, Drs. H.M. Laily Mansur, LPH,
Penerbit Srigunting edisi 1 cetakan ke 3, januari 2002


Selengkapnya.....

15 Juli 2009

Munajat Si Pendosa

Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami mudah terjerumus dalam kesalahan. Itu karena kami percaya pada diri kami, pada amal kami, dan pada hati kami. Seharusnya kami sadar bahwa kami wajib bersandar. Ya, bersandar kepada Engkau, Ya Allah

Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami selalu mengulang kemaksiatan. Itu kerana kami selalu berbangga dengan setiap ketaatan yang kami lakukan. Seharusnya kami sadar bahwa bukan kami sendiri yang membuat diri kami taat, melainkan Engkau (yang mengkehendaki), Ya Allah!

Ya Allah, kini kami sadar mengapa kami selalu melayang karena pujian, selalu terinjak oleh hinaan. Itu karena kami sebentar-sebentar melupakan-Mu. Seharusnya, kami sadar bahwa Engkau-lah Tujuan utama kami, bukan makhluk yang mudah menghina dan memuji.

Ya Allah, lesatkanlah ruh-Mu untuk menggusur nafsu di hati kami!
Ya Allah, tuntun kami ke samudera ketulusan yang tanpa batas, ke angkasa kerinduan tanpa akhir; demi-Mu, untuk-Mu!

Ya Allah, daku bersyukur kepada~Mu, atas masih hidupnya kalbuku.

Sumber : “Sadar untuk Bersandar, Gemala Hikmah Ibn 'Atha'illah“ karya Muhammad al-Ghazali, Penerbit Serambi, 2003

Selengkapnya.....

22 Juni 2009

Maksiat Laris Manis

Pernahkah anda berbohong…., atau apakah anda pernah dibohongi.... ?, mungkin hampir sebagian besar jawabnya adalah iya, karena dusta atau bohong adalah jenis “Maksiat Laris Manis”, jenis maksiat yang paling banyak dan sering dilakukan oleh orang-orang. Padahal berbohong atau berdusta adalah salah satu akhlaq yang tercela, bahkan orang yang berdusta atau berbohong sudah termasuk ciri-ciri munafiq sebagaimana Hadist nabi yang berbunyi :

“ Tiga (hal) Barang siapa ketiganya ada padanya maka ia munafiq, sekalipun ia berpuasa, sholat, haji, umroh dan berkata “Sesungguhnya aku adalah seorang muslim”, : (1) Orang yang apabila ia berbicara ia dusta, (2) Apabila ia berjanji ia menyalahi dan (3) Apabila dipercaya ia berkhianat.“
[HR Rustah dan Al Imam dan Abu Syaikh dalam At-Taubikh dari Anas]

Dalam Hadist tersebut dijelaskan bahwa Amalan-amalan/ibadah-ibadah pokok disebutkan oleh nabi seperti : Sholat, haji, Umroh, Berpuasa, tetapi Nabi tetap menghukumi Munafiq. Meskipun pada hadist diatas adalah Nifaq Amali, bukan Nifaq I’tiqoti. [Munafiq adalah Pelaku atau orangnya sedangkan Nifaq adalah perbuatannya], Dalam istilah bebas Munafiq adalah orang yang perbuatannya tidak sama dengan hatinya, atau dengan kata lain : “Lain dimulut dengan dihati, apa yang dilahirkan beda dengan di hatinya”

Ada beberapa alasan sehingga bohong atau Dusta menjadi maksiat yang Laris Manis “ yaitu :
  1. Pelakunya terdiri dari berbagai usia
  2. Pelakunya terdiri dari berbagai tingkat pendidikan
  3. Pelakunya terdiri dari berbagai status ekonomi
  4. Dilakukan oleh pelaku di berbagai tempat
  5. Yang dibohongi tanpa pandang bulu

Dari beberapa point diatas maka sering kita jumpai, anak kecil hingga kakek atau nenek berbohong, dari orang yang tidak mengenal pendidikan hingga yang Sarjana, Doktor hingga Profesor juga berbohong, Dari orang yang miskin hingga yang kaya raya juga berbohong, bohong juga dilakukan dimana-mana mulai di rumah hingga di masjid, korbannya juga mulai dari orang dekat hingga orang jauh. Tidak jarang anak membohongi orang tuannya, santri membohongi guru atau kyainya, bawahan membohongi atasannya ataupun sebaliknya.

Begitu bahayanya bohong atau dusta, hingga dalam kesempatan lain Nabi bersabda : “Jauhilah Dusta, karena sesungguhnya Dusta/Bohong adalah menjauhi iman “

Dari Hadist Nabi tersebut jelaslah bahwa Dusta/bohong bisa menjauhkan iman, dan kalau imannya sudah menjauh bisa menjadi kufur. Yang dimaksud iman disini bisa iman haqiqi atau bisa mengurangi kesempurnaan dari iman itu. Bila dianalogikan iman adalah pohon yang berbuah dan berdaun, sedangkan dusta atau Bohong adalah benalu. Kalau ada Pohon meskipun itu berbuah dan berdaun, bila dicabangnya ditumbuhi benalu. Maka secara perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, waktu demi waktu dan tahap demi tahap maka cabang pohon tersebut akan rontok daunnya, kering dan mati, begitu juga dengan iman bila sering kita berdusta.

Hal ini sesuai dengan apa yang didawuhkan oleh Hadratusy Syaikh Sholahuddin Abdul Djalil Mustaqim : “Memenuhi segala macam iman itu gak gampang, dan yang paling sulit itu mencukupi iman”. Begitu sulitnya untuk mencukupi iman, apakah kita malah melakukan dusta/bohong untuk menjauhkan iman ?

Tidak Semua bohong atau Dusta itu dilarang, Kehalalan dusta/bohong itu tidak dari bohongnya tetapi dari akibat atau efeknya menurut kaca mata agama, apabila bohong itu mendatangkan manfaat dan maslachah, dan manfaat itu hanya bisa tercapai dengan cara berbohong, maka Dusta/bohong bisa menjadi boleh [Darurat]. Sebagaimana Hadist Nabi yang berbunyi :
“Sesungguhnya Rasulullah saw tidak memperbolehkan dusta, kecuali dalam tiga hal : (1) Berdusta untuk mendamaikan dua orang yang sedang bersengketa, (2) Pada waktu Perang, dan (3) Dusta seorang suami kepada sang istri [demi kebaikan] .“

Semoga Kita Semua bisa terhindari dari dusta atau berkata bohong, dan semoga Allah swt selalu memberikan Taufiq dan Hidayah-Nya. Semoga bermanfa’at. Wallahu ‘alamu bish showab.


Selengkapnya.....

04 Februari 2009

Syair Pujian Al Bushiri Kepada Sulthonul 'Auliya Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili

Karena kelebihan dari Sulthonul Auliya’ Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili yang begitu mencolok inilah para penulis menurunkan penanya diatas kertas untuk menyanjung dan memuji sambil mengatakan kelebihan dan kemampuannya

Diantara penulis atau syaikh yang menyebut nama beliau dengan puji-pujian untuknya masing-masing menurut kadar pandangan dan kesannya antara lain adalah Gubahan Al-Bushiri pengarang dari al Burdah, semoga Allah Ridha dan menganugerahkan berkah-Nya. Syair pujian itu adalah :

Akan halnya pribadi Asy Syadzili dan betapa
pula thariqatnya
Bagi pandangan yang memperoleh putunjuk
terlihat kelebihan dan kecemerlangannya
Pungutlah bekas-bekasnya walau tapak
setumit kaki
Kalau demikian sikapmu, itulah keterbukaan
dalam menerima
Beliau adalah Quthub zaman, juga Ghoust
serta Imamnya
Mata wujud ini adalah lesan rahasia Maha
Pencipta
Tingginya pangkat atas lelaki takkan dapat
dicapai
Oleh cita-cita yang berhasrat ketinggian dan
pangkat
Tidaklah anda melintasi makam kuburnya
Dan mencium keharuman tanah yang lembab
Andapun akan kagum “Apa kiranya yang akan
terjadi ?”
Setiap insan akan tunduk pada batu karang
Sambut dan ucapkan “assalamu’alaika !” wahai
samudera dermawan
Lautan ilmu yang melimpah bahkan mampu
menjadi petunjuk jalan


Selengkapnya.....

29 Januari 2009

Karomah Sulthonul Auliya' Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili

Sulthonul Auliya' Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra adalah seorang yang dianugerahi karomah yang sangat banyak, tidak ada yang bisa menghitung karomahnya kecuali Allah SWT. Dan sebagian dari karomah beliau antara lain adalah :

  1. Allah SWt menganugerahkan kepada beliau kunci seluruh Asma-Asma, sehingga seandainya seluruh manusia dan jin menjadi penulis beliau (untuk menulis ilmu-ilmu beliau) mereka akan lelah dan letih, sedangkan ilmu beliau belum habis.
  2. Beliau adalah sangat terpuji akhlaqnya, sifat mudah menolong dan kedermawanannya dari sejak usia anak-anak sampai ketika umur enam tahun telah mengenyangkan orang-orang yang kelaparan pada penduduk Negara Tunisia dengan uang yang berasal dari alam ghoib (uang pemberian Allah secara langsung kepada beliau.
  3. Beliau didatangi Nabiyulloh Khidir as untuk menetapkan “wilayatul adzimah” kepada beliau (menjadi seorang wali yang mempunyai kedudukan tinggi) ketika beliau baru berusia enam tahun.
  4. Beliau bisa mengetahui batin isi hati manusia
  5. Beliau pernah berbicara dengan malaikat dihadapan murid-muridnya
  6. Beliau menjaga murid-muridnya meskipun di tempat yang jauh
  7. Beliau mampu memperlihatkan/menampakkan ka’bah dari negara Mesir
  8. Beliau tidak pernah putus melihat/menjumpai Lailatul Qodar semenjak usia baligh hingga wafatnya beliau. Sehingga beliau berkata : Apabila Awal Puasa ramadhan jatuh pada hari Ahad maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 29, Awal Puasa pada hari Senin Lailatul Qodarnya malam 21, Awal puasa pada hari Selasa Lailatul Qodarnya malam 27, Awal puasa pada hari Rabu Lailatul Qodarnya malam 19, awal puasa pada hari Kamis Lailatul Qodarnya malam 25, awal puasa pada hari jum’at maka Lailatul Qodarnya pada malam 17, sedangkan bila awal puasa pada hari Sabtu maka Lailatul Qodarnya jatuh pada malam 23.
  9. Barang siapa yang meninggal dan dikubur sama dengan hari meninggal dan dikuburkannya beliau, maka Allah akan mengampuni seluruh dosanya
  10. Doa Beliau Mustajabah (dikabulkan oleh Allah SWT)
  11. Beliau tidak pernah terhalang sekejap mata pandangannya dari Rasulullah saw selama 40 tahun (artinya beliau selalu berjumpa dengan Rasulullah selama 40 tahun)
  12. Beliau dibukakan (oleh Allah) bisa melihat lembaran buku murid-murid yang masuk kedalam thoriqohnya, padahal lebar bukunya tersebut berukuran sejauh mata memandang. Hal ini berlaku bagi orang yang langsung baiat kepada beliau dan juga bagi orang sesudah masa beliau sampai dengan akhir zaman. Dan seluruh murid-muridnya (pengikut thoriqohnya) diberi karunia bebas dari neraka. Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra sungguh telah digembirakan diberi karunia, barang siapa yang melihat beliau dengan rasa cinta dan rasa hormat tidak akan mendapatkan celaka.
  13. Beliau menjadi sebab keselamatan murid-muridnya/pengikutnya (akan memberikan syafaat di akhirat)
  14. Beliau berdo’a kepada Allah SWT, agar menjadikan tiap-tiap wali Qutub sesudah beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan thoriqohnya. Dan Allah telah mengabulkan Do’a beliau tersebut. Maka dari itu wali Qutub sesudah masa beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan pengikut beliau.
  15. Syaikh Abul Abbas Al Mursi ra berkata : “Apabila Allah SWT menurunkan bala/bencana yang bersifat umum maka pengikut thoriqoh syadziliyah akan selamat dari bencana tersebut sebab karomah syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra".
  16. Syaikh Syamsudin Al-Hanafi ra mengatakan bahwa pengikut thoriqoh syadziliyah dikaruniai kemulyaan tiga macam yang tidak diberikan pada golongan thoriqoh yang lainnya :
    a. Pengikut thoriqoh Syadziliyah telah dipilih di lauhil mahfudz
    b. Pengikut thgoriqoh syadziliyah apabila jadzab/majdub akan cepat kembali seperti sedia kala.
    c. Seluruh Wali Qutub yang diangkat sesudah masa syaikh Abul Hasan Asy Syadzili ra akan diambil dari golongan ahli thoriqoh Sadziliyah.
  17. Apabila beliau mengasuh/mengajar murid-muridnya sebentar saja, sudah akan terbuka hijab.
  18. Rasulullah saw memberikan izin bagi orang yang berdo’a Kepada Allah SWT dengan bertawasul kepada Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili.

Sumber : “Tanwirul Ma’ali manaqibi Ali bin Abil Hasan Asy Syadzili“ karya Syaikh Muhammad Nahrowi (mbah Dalhar) bin Abdurrahman, Watu Congol, Muntilan - Magelang. Dalam Bahasa Indonesia berjudul : Cahaya Kemuliaan, penerjemah : Agus Djamaluddin, SAg. Penerbit Ampel Mulia, 2007


Selengkapnya.....

20 Januari 2009

Mir'atul A'dzam (Mozaik Keagungan)

Semula aku hanya bisa menjerit
Ketika batas dunia ghaib tersingkap
Kemudian aku bertanya
“Apakah arti dan nama-nama semua yang ada?”
Namun yang ada hanya gambaran
gugahan rasa dan fikiran
lalu tersimpan dalam ingatan
dan menyatu dalam akal


Setelah aku berjalan di tepi samudera
kulihat diriku memantul digenangan laut,
tenang, walau ombak mengguncang-guncang
Namun betapa jelas
diriku tersimpan dalam cermin
Cermin yang terbingkai oleh Sifat-sifat
yang termozaik oleh Nama-nama Agung

Kini, kupandang cermin itu
pada samudera utama ini
sejumlah kata-kata, bunyi dan kalimat kebesaran
dengan gerak keparipurnaan
yang memahamkan diriku, siapa?

Bukan siapa-siapa

Sampai pada Yang Tak Terbayangkan
Sebuah Nama
Agung dalam DzatNya
Mengepak bagai Sayap-sayap Keperkasaan
Sekali ku sebut Nama itu
Seluruh gelombang menggelegak
jantung dalam hati yang berontak
di ombak yang resah

Jika Nama itu kedengar kembali
segala dendam memuncak
Rindu yang terpendam berabad-abad
dalam gelas anggur kerinduan
yang memabukkan
muncah ke bibir pantai


Sumber : Bagian dari Samudera Pertama dari Tujuh Samudera Agung Lirik Ummil Qur'an Karya : Syaikh Muhammad Luqman Hakiem, Risalah Gusti, 1996

Selengkapnya.....

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template